Sebab rindu tak pernah memahami usia, maka kubungkus ia jadi kenangan, tentang jejak-jejak perbincangan kita yang misterius, di hutan kabut dan belantara hujan
Kita saling mengenalkan hati, lalu mengekalkan diri pada kesepian
Aku selalu saja bergumul dengan perkiraan-perkiraan yang mekar. Seperti daun duri yang mengembang dan tiba-tiba kuncup saat jari kaujentikkan
Aku lebih suka menjelma ilalang liar, kapuk randu, atau serpihan debu. Sementara kau memilih menjadi gerimis, putaran angin atau malah hening
Bagiku, kau adalah perkiraan-perkiraan yang menyimpan jejak kekal bernama rindu
(Asep Herna/Mei 2023)