25 July 2024
Jin adalah salah satu entitas misterius yang menakutkan (Foto: Freepik)

Jin adalah salah satu entitas misterius yang menakutkan (Foto: Freepik)

Saya hidup di dua kutub kultur yang saling bertolak belakang. Kultur kelahiran saya, sebagai anak Sunda yang besar di bawah Gunung Ciremai, dan memercayai hal-hal terkait mistis sebagai bagian dari kehidupan. Lalu kultur akademik, yang mengasah kepala saya untuk berpikir logis dan empiris sehingga lakuan saya selalu penuh perhitungan.

Oh, ya, saya lahir di sebuah desa bernama Sunalari. Sejak kecil, saya terbiasa mendengar cerita-cerita mitos tentang hantu dan jin. Kerap cerita-cerita ini membuat bulu kuduk berdiri dan sepertinya sepenuh hati saya hayati sebagai sebuah kebenaran.

Kita Hidup di Tengah Mitos Hantu

Saya terbiasa mengkonsumsi cerita tentang Jurig Hulu, kisah hantu yang hanya sepenggal kepalanya terbang dan mencari mangsa di setiap malam. Cerita tentang Kelong, makhluk kelelawar raksasa yang suka menculik orang, terkhusus anak kecil, di waktu magrib, dan membawanya ke tempat paling tersembunyi. Tentang Kuntilanak, hantu yang bolong di bagian punggungnya dan identik dengan ringkik ketawanya yang menyeramkan. Ada juga Jurig Pocong yang berkeliaran dengan kostum kain kafan-nya. Masih ada banyak istilah hantu-hantu mengerikan lainnya.

Entah siapa pencipta awal karakter hantu-hantu Nusantara tersebut. Saya pastinya sangat salut pada kreativitasnya karena, secara psikologis, daya guncangnya bagi mental masyarakat jauh lebih dahsyat dari kreator-kreator action figure ala Marvels atau Disney.

Cerita Berkembang dari Katanya dan Katanya

Satu hal yang menjadi karakter kisah hantu adalah selalu berdasarkan cerita “katanya”. Lalu cerita “katanya” ini tersebar ke mana-mana, menjadi “katanya” yang beranak-pinak lengkap dengan bumbu dramatis di tiap versinya. Validitasnya mungkin makin berkurang, tapi tingkat keseramannya makin dramatis. Aneh sekali, kan?

Pola “katanya” inilah yang membuat semakin besar saya, semakin kurang percaya betul akan kisah-kisah hantu. Namun, anehnya, walau saya enggak percaya, saya selalu saja bergidik setiap kali mendengar cerita hantu ini.

Saya pernah mendengar cerita yang amat sangat seram. Cerita ini saya dengar saat saya kelas 3 SD. Kala itu, musim panen padi. Biasanya, saat musim panen padi hingga musim tanam kembali, di rumah saya banyak buruh tani dari berbagai desa yang membantu panen. Mereka menginap bisa berminggu-minggu lamanya. Di ruang tengah rumah, bisa berdua puluh mereka menghampar tikar. Saya dan kakak saya sering ikut hanyut dalam obrolan mereka.

Makhluk Berwajah Putih Pucat

Yang paling seru adalah cerita soal hantu, dan cerita ini biasanya muncul saat malam. Di tengah salah seorang buruh tani tadi berkisah soal hantu yang mendebarkan, tiba-tiba kakak saya tergagap-gagap. Matanya terbelalak menuju satu sudut jendela kayu yang terbuka. Tentu semua buruh tani, termasuk saya, kaget dan serempak melemparkan pandangan ke arah jendela.

Di balik jendela, terlihat begitu jelas ada seraut wajah datar, seperti berbedak tebal putih pucat, dengan mata sipit hitam semua. Ia seperti sedang menatap kami. Perlahan tapi pasti, wajah itu bergeser, seperti sadar bahwa ia beradu pandang dengan kami.

Beberapa buruh tani yang punya nyali langsung bangun dan melompat ke arah jendela, untuk melihat siapakah wajah berbedak tebal putih pucat tersebut. Mungkin saja orang yang niat menakut-nakuti kami. Tapi, seperti ditelan malam, sosok itu sudah menghilang. Yang ada hanya suasana gelap di luaran, dengan cahaya bohlam 5 watt yang remang.

Diculik Kalong Wewe

Suatu sore, di Blok Ciandeu, salah satu blok di Desa Sunalari, gempar oleh kabar bahwa Ceu Siti, tetangga kami, hilang. Tua muda ke sana kemari mencari Ceu Siti. Tetua menabuh kentongan, membuat suasana semakin enggak karuan.

Sekitar pukul 18.30, sehabis azan magrib, Ceu Siti konon ditemukan, di atas pohon jambu Wa Yakub, salah satu tetangga kami juga. Ceu Siti terikat di salah satu dahannya. Konon, saat ditemukan, lidah Ceu Siti menjulur hampir sejengkal panjangnya. Saya sendiri tidak melihatnya. Itu kata Mih saya, dan Mih saya kata A Yun. A Yun kata Wak Yakub, dan saya enggak tahu Wak Yakub sendiri apakah menyaksikan sendiri atau juga masih kata orang lain. Yang jelas, kami merasakan ketegangan luar biasa saat itu.

Hal yang saya rasakan sendiri, di tengah rasa tetap tidak percaya apakah itu hantu atau bukan, adalah momen ketika saya berusia SMA. Setiap hari, ketika saya tidak memilih untuk kost di Kota Majalengka, tempat SMA kami berada, saya harus bangun pukul 4.00 pagi. Pukul 4.30, sehabis mandi dan sarapan, saya harus berjalan kaki sekitar 5 kilometer, menuju jalan raya utama di Desa Kasturi. Biasanya pukul 5.00 saya sampai di jalan utama, lalu naik minibus Elf, menuju SMA, pukul 7.00 tepat. Seringkali telat sehingga sering juga saya mendapat teguran dari guru karena terlambat masuk kelas. Begitulah pengalaman sekolah saya semasa SMA, benar-benar seperti di film Laskar Pelangi, ya, hahaha…

Cahaya yang Melesat ke Langit

Nah, di suatu pagi yang masih gelap gulita, pada pukul 4.30 itu, saya harus melewati lorong sebuah hutan kecil, area permakaman penduduk Desa Bagjasari, yang betul-betul menyeramkan. Ini tentu jalan alternatif kalau saya mau lebih cepat sampai ke jalan utama. Jantung saya selalu saja berdegup kencang ketika harus melewati area hutan makam tersebut.

Beberapa saat ketika saya hendak memasuki lorong hutan itu, di tengah keraguan langkah saya di antara pematang sawah, saya membaca sebuah doa yang diajarkan oleh guru mengaji saya. Tahu apa yang terjadi saat saya selesai membaca doa tersebut?

Tiba-tiba saja, dari bawah pohon bambu di antara lorong yang mau saya lewati tersebut, sekitar 50 meter di depan mata saya, ada cahaya melesat ke udara, membekaskan bunyi wush dan desing benda menubruk kuat dedaunan yang menghalanginya. Cahaya itu melesat hingga langit dan terasa begitu jelas di antara gelap suasana. Mirip dengan kilatan dari sebuah petir. Jantung saya seperti copot, hendak mengikuti lesatan cahaya itu. Saya langsung berbalik arah, berlari menjauh, dan akhirnya memilih jalan lain yang lebih lama.

Doa Pengusir Jin

Tentang doa yang saya baca adalah doa Nabi Muhammad SAW, yang diajarkan malaikat Jibril saat perjalanan Isra Mikraj, ketika Nabi diganggu oleh Jin Ifrit. Jin Ifrit adalah raja dari segala jin yang bertubuh besar dan memiliki kekuatan luar biasa. Terjemahan doanya kira-kira seperti berikut:

“Aku berlindung dengan kemuliaan Allah Yang Maha Dermawan / dan dengan firman-firman Allah yang sempurna / yang tidak bisa ditembus oleh orang baik maupun orang jahat / dari keburukan yang turun dari langit / dan dari keburukan yang naik ke langit / dan dari keburukan makhluk yang ada di bumi / dan dari keburukan yang keluar dari bumi / dan dari fitnah siang dan malam / dan dari kejadian yang datang tiba-tiba di siang dan malam / kecuali sesuatu kejadian yang datang membawa kebaikan / wahai Tuhan Yang Maha Pengasih.”

Makna doanya luar biasa, ya. Doa ini bahkan membentuk sugesti perisai diri yang sangat ketat dan kuat, berlaku menyeluruh atas serangan dari berbagai dimensi. Dikisahkan, sehabis Nabi Muhammad membacakan doa ini, Jin Ifrit yang berniat mengganggu pun jatuh tersungkur. Api yang dibawanya padam seketika.

Jin Itu Ada, tapi Dimensinya Beda

Seiring waktu hingga kini, pergulatan kultur mistik dan pola pikir rasional akhirnya membawa saya pada kesimpulan bahwa makhluk gaib itu ada. Saya memercayainya karena agama yang saya anut mengakuinya. Namun keberadaan mereka memiliki dimensi berbeda. Hanya pada frekuensi tertentulah kita bisa bersinggungan dengannya.

Bila suatu ketika kita bertemu dengan kasus ada seseorang yang mengaku melihat makhluk gaib, entah jin atau apa pun, kemungkinannya ada dua. Ia berbohong atau, disengaja atau tidak, ia sedang mengakses frekuensi tertentu sehingga bisa melihat dan menemukannya. Namun kemungkinan kebanyakannya sih, berbohong.

Saya sendiri mempelajari beberapa doa untuk berjaga-jaga, kalau suatu ketika saya terpaksa harus bersinggungan dengan makhluk gaib yang memiliki niat jahat. Seperti pada kasus saat saya SMA di atas, saya bahkan menggunakan doa tersebut secara sapu jagat, tanpa saya tahu apakah di sekitar saya sedang ada makhluk lain yang ingin mengganggu saya atau tidak. Doa itu perisai, dan sebagaimana perisai, biarlah ia saya pakai agar, suatu ketika, saat tiba-tiba ada yang mengganggu saya, perisai itu bekerja.

Ada Anak Kecil di Belakang Saya

Terkait dengan doa tersebut juga, malam tadi, saya mengalami peristiwa aneh.

Anak bungsu saya, perempuan, usia 8 tahun, tiba-tiba demam. Karena kami tidak membawa obat khusus untuk anak kecil, neneknya mengusulkan untuk memberinya Decolgen, dengan dosis setengah tablet saja, untuk menurunkan demamnya. Saya cek di aturan penggunaannya, kebetulan memang bisa, untuk usia anak dengan dosis setengahnya.

Beberapa saat kemudian, saya pulang berdua si bungsu. Ia saya tidurkan di jok mobil bagian belakang agar lebih nyaman. Dan saya sendirian menyetir di depan.

Tiba-tiba, si bungsu menangis histeris. Ia merasa tubuhnya tidak bisa bergerak. Tangannya gemetar. Saya langsung curiga, ini salah obat. Sebab, pengalaman seperti ini tidak pernah terjadi pada anak saya ini.

Ia langsung saya pangku, saya peluk, dan akhirnya saya menyetir sambil memeluknya.

Di rumah, saya rasakan suhu tubuhnya makin panas. Dalam keadaan panik, saya memberinya Sanmol Porte. Dalam pikiran saya, kalau tidak reda juga, saya akan langsung membawanya ke IGD.

Si bungsu tertidur. Tiba-tiba, dia terbangun, dan bilang ia takut sekali. Matanya menatap ke arah saya. Saya bertanya, takut sama apa? Lalu dia menunjuk belakang saya, katanya ada anak kecil yang juga sedang tidak bisa bergerak.

Saya mulai merinding. Sekian lama logika saya terbiasa mengabaikan hal-hal yang sifatnya mistik, tiba-tiba mendengar hal seperti ini. Anak saya sendiri tidak pernah bersentuhan dengan hal-hal seperti ini. Anak saya terbiasa bicara apa adanya.

Lalu saya tanya ke anak saya, sambil merayunya, apa yang harus saya lakukan. Tiba-tiba, anak saya spontan menjawab, saya harus mencuci genting rumah. Dorrrr! Saya sangat kaget, tak menyangka jawabannya seperti ini.

Memberi Perisai Doa untuk Anak Tercinta

Saya masih tetap tidak percaya, ada entitas lain mengganggu anak saya. Yang saya percaya adalah, anak saya sedang demam. Karena demamnya tinggi, ia mengigau dan berhalusinasi seakan-akan melihat sesuatu. Itu versi keyakinan saya. Bahkan sampai saat ini.

Namun, di tengah kepanikan ini, saya coba mengucapkan doa. Doa yang sama ketika saya bacakan saat hendak memasuki lorong hutan permakaman kecil sewaktu SMA dulu. Bedanya kali ini bukan saya takut berhadapan dengan makhluk jahat berwajah menyeramkan yang mengganggu, melainkan takut dengan keadaan anak saya. Anak adalah segalanya. Ketika ia sakit, saya jauh lebih sakit. Ketika ia takut, saya jauh lebih takut. Ketika ia gelisah, saya jauh lebih gelisah.

Saya merapal doa tersebut berkali-kali, dengan visualisasi. Bila memang ada yang hendak mengganggu anak saya, saya rela bahkan binasa karenanya. Maka saya kejar siapa pun yang mengganggu anak saya, di sekitar tubuh anak saya; di sekitar ruang kamar anak saya; di setiap ruang rumah saya; di langit-langit rumah saya; di area blok kompleks rumah saya. Di langit yang menaungi anak saya. Di kiri, kanan, atas, dan bawah tubuh anak saya. Di ruang-ruang waktu yang tak terhingga.

Sehabis saya beri si bungsu obat pereda panas, dan saya kompres dengan plester kompres, ia tidur dengan lelap. Saya pun menjagainya hingga pagi tiba.

Alhamdulillah, saat saya sedang mengetik artikel ini, wajah anak saya sudah jauh lebih segar. Semoga segera sembuh, dan sehat serta bisa aktif kembali ya, Nak.

Asep Herna, Penulis.

2 thoughts on “Pernahkah Anda Melihat Langsung Makhluk Misterius Bernama Jin?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *