Para pelukis dunia telah melahirkan karya-karya yang luar biasa. Mereka pun menjadi panutan dan melahirkan aliran-aliran seni yang diikuti para penerusnya. Karya-karya mereka tergolong seni agung yang banyak menjadi acuan seni kontemporer, baik di dunia akademis maupun nonakademis.
Namun, di balik karya-karya yang mengagumkan, terselip “kegilaan” di dalam diri mereka. Banyak di antara mereka yang mengalami depresi, bahkan depresi berat, saat berkarya. Tak sedikit yang bersikap eksentrik dan kelakuannya di “luar nurul” atau di luar kewarasan.
Pertanyaannya, apakah harus menjadi gila untuk menjadi seniman sejati? Berikut ini kisah pelukis-pelukis dunia versi CK yang kehidupan pribadinya penuh drama, bahkan tragis.
1. Vincent Van Gogh
Lahir di Belanda pada 1853, Vincent Van Gogh adalah pelukis ekspresionisme yang sangat produktif dan paling berpengaruh dalam seni Barat. Saking produktifnya, pernah hanya dalam waktu 70 hari, dia menyelesaikan 75 lukisan dan lebih dari 100 gambar serta sketsa. Ia menghasilkan sejumlah lukisan yang fenomenal, seperti Starry Night (1889), Vase with Fourteen Sunflowers (1888), Self-potrait (1889), The Potato Eaters (1885), Wheatfield with Crows (1890), dan Irises (1889). Namun Van Gogh banyak menghabiskan waktunya di rumah sakit jiwa karena mengalami depresi, terutama setelah ia memotong telinga kirinya sendiri.
Pada 27 Juli 1890, minggu sore, Van Gogh berjalan ke ladang gandum dekat sebuah kastil di Desa Auvers-sur-Oise di Prancis, beberapa kilometer sebelah utara Paris. Ia lantas menembak dadanya sendiri. Peluru pada pistol itu tak membuatnya mati, sebelum pada malam harinya ia melakukannya lagi hingga membuatnya tewas. Seperti pengakuan adiknya yang mendampinginya saat Van Gogh meregang nyawa, kalimat terakhir yang diucapkannya adalah “Aku ingin mati seperti ini.” Minggu pagi, 29 Juli 1890, beberapa jam sebelum ia bunuh diri, ia melukis Tree Roods atau Akar Pohon, yang belum diselesaikannya.
2. Jackson Pollock
Paul Jackson Pollock adalah pelukis Amerika Serikat yang cukup berpengaruh dan merupakan tokoh utama dalam gerakan ekspresionisme abstrak. Lahir di Wyoming, Amerika Serikat, pada 28 Januari 1912, selama hidupnya Pollock menikmati ketenaran dan keburukan yang luar biasa. Ia dikenal sangat penyendiri. Pollock memiliki kepribadian yang mudah berubah dan berjuang melawan kecanduan alkohol hampir sepanjang hidupnya.
Pada 1945, ia menikahi seniman Lee Krasner, yang berpengaruh penting bagi karier dan warisannya. Pollock dikenal luas karena “teknik tetes”-nya, yaitu menuangkan atau memercikkan cat ke permukaan horizontal, yang memungkinkannya melihat dan melukis kanvasnya dari semua sudut. Karyanya yang paling terkenal adalah Nomor 1, 1950 (Kabut Lavender).
Pollock meninggal pada usia 44 tahun dalam kecelakaan mobil tunggal yang disebabkan oleh alkohol saat ia sedang mengemudi.
3. Mark Rothko
Nama asli Mark Rothko adalah Markus Rothkowitz. Rothko lahir sebagai keturunan Yahudi-Rusia pada 1903, yang tinggal sebagai imigran di Amerika Serikat. Rothko mengganti namanya agar tidak terlalu tampak sebagai keturunan Yahudi untuk menghindari deportasi. Ia terkenal karena lukisan bidang warnanya, yang menggambarkan daerah warna yang tidak teratur dan berbentuk persegi panjang, yang ia hasilkan dari tahun 1949 hingga 1970. Meski mengaku tidak menganut aliran mana pun, ia dikaitkan dengan gerakan ekspresionisme abstrak Amerika dalam seni modern. Sejak 1950-an, ia telah menyelenggarakan banyak pameran tunggal di galeri-galeri di Amerika Serikat, Jepang, Spanyol, dan Belanda. Lukisan-lukisannya banyak dicari para kolektor. Rothko adalah salah satu tamu kehormatan dalam pelantikan Presiden Amerika Serikat John F. Kennedy pada 1961.
Meski sukses dengan karya-karyanya, Rothko berjuang melawan depresi berat. Setahun sebelum kematiannya, ia mengalami serangan jantung. Hal itu menambah rasa putus asanya. Ia pun berhenti berkarya. Apalagi sejumlah karyanya dikritik karena terlihat kosong. Ia merasa dunianya begitu gelap. Pada 1970, ketika berusia 66 tahun, dia ditemukan tewas di lantai dapur setelah menyayat pergelangan tangannya sendiri. Salah satu karya Rothko yang terkenal adalah The Seagram’s Murals.
4. Jean-Michel Basquiat
Memulai karir seninya sebagai seniman grafiti yang dikenal sebagai SAMO di New York City, Amerika Serikat, pada 1970-an, Jean-Michel Basquiat akhirnya mengembangkan keahliannya menjadi apa yang diklasifikasikan sebagai neo-ekspresionisme. Meski karya seninya diterima dengan baik, lelaki kelahiran Brooklyn pada 1960 ini menderita paranoia dan berjuang melawan kecanduan narkoba yang akhirnya merenggut nyawanya. Basquiat, yang merupakan keturunan Haiti dan Puerto Rico, meninggal karena overdosis obat terlarang pada 1988 di usianya yang baru 27 tahun. Ia meninggalkan koleksi sekitar 600 lukisan dan 1.500 gambar yang masih membangkitkan serta menginspirasi imajinasi publik dan seniman muda hingga hari ini.
Baca Juga: “The Most Mysterious Song on the Internet”
5. Salvador Dali
Salvador Domingo Felipe Jacinto Dalí i Domènech, 1st Marquess of Dalí de Púbol—begitu nama lengkapnya—adalah salah satu pelukis terpenting dari Spanyol. Lelaki kelahiran Figueres pada 1904 ini dikenal lewat karya-karya surealisnya. Lukisannya yang paling terkenal adalah The Persistence of Memory (1931), yang menggambarkan jam tangan yang meleleh dan lemas. Selain itu, lukisan ternama lainnya adalah March of Time Committee: Papillon. Dalí juga berkolaborasi dengan sutradara Luis Buñuel dalam film-film surealistik seperti Un Chien andalou (1929; An Andalusian Dog) dan L’Âge d’or (1930; The Golden Age).
Dali dikenal sangat eksentrik. Ia jenaka, tapi terkesan aneh. Ia mulai menumbuhkan kumisnya pada awal 1940-an, dan segera menjadi terkenal karenanya. Ia sering menggunakan kumisnya itu sebagai alat peraga dalam pertunjukan dan karyanya. Dalí juga percaya bahwa dia adalah reinkarnasi saudaranya, yang juga bernama Salvador. Dali pun terobsesi kepada Hitler.
Sepulang kuliah, ia pernah mengenakan setelan selam dan helm. Seseorang harus melepaskannya keluar dari perlengkapan aneh itu dengan kunci pas ketika Dali hampir tercekik. Pada usia 76, Dali mulai mengalami depresi berat setelah didiagnosis mengidap gangguan saraf motorik. Ia tidak lagi melukis karena tidak mampu lagi memegang kuas.
6. Richard Dadd
Lahir pada 1817, Richard Dadd adalah seorang pelukis Inggris yang paling terkenal karena penggambaran makhluk gaib. Salah satu karyanya adalah Master-Stroke The Fairy Feller. Meski ia dianggap memiliki bakat ekstrem sejak usia dini, pada usia 20 tahun, ia mengalami delusi dan percaya bahwa ia dirasuki dewa Mesir Osiris. Tak mengherankan, ia lantas banyak berkarya di dalam dinding-dinding berbagai rumah sakit jiwa.
7. Caravaggio
Lahir pada 1571, Michelangelo Merisi da Caravaggio adalah seniman Italia beraliran realisme yang tidak pernah menggenggam kesuksesannya dengan tenang. Meski memiliki banyak penggemar dan dianggap sebagai “pelukis paling terkenal di Roma” pada 1600–1606, Caravaggio dipenjara berkali-kali, diadili sebelas kali, mendapat surat perintah kematian, dan dikenal suka berkelahi. Gayanya seperti pemberontak. Salah satu penulis riwayat hidupnya yang pertama, Karel van Mander, menulis Caravaggio biasanya bekerja keras selama berminggu-minggu, kemudian berkeliaran selama satu atau dua bulan dengan membawa pedang. Ia selalu siap berkelahi atau berdebat. Akibatnya, sulit untuk bergaul dengannya.
Ia pernah mendamprat petugas, mengejek pelukis lain, dan melempar piring ke seorang pelayan. Dia juga pernah membunuh seorang pemuda dengan pisau dalam sebuah perkelahian. Akibatnya, ia terpaksa meninggalkan Roma. Selama empat tahun terakhir hidupnya, ia berpindah-pindah antara Naples, Malta, dan Sisilia. Dia menghabiskan sisa hidupnya sebagai buron, sebelum jatuh dan meninggal pada musim panas 1610, saat kembali ke Roma untuk mendapatkan maaf dari Paus. Beberapa karya Caravaggio yang paling terkenal antara lain Judith Beheading Holofernes, Young Sick Bacchus, dan Calling of St. Matthew.
8. Michelangelo
Michelangelo Buonarroti, atau nama lengkapnya dalam bahasa Italia Michelangelo di Lodovico Buonarroti Simoni, lahir di Caprese Michelangelo pada 1475. Ia seorang pelukis, pemahat, pujangga, dan arsitek zaman Renaisans. Michelangelo terkenal lantaran sumbangannya untuk studi anatomi dalam seni rupa. Ia tercatat dalam sejarah sebagai salah satu dari tiga maestro teratas di era Renaisans. Ia dipuji karena kompleksitas seninya, realisme fisiknya, ketegangan psikologisnya, serta pertimbangan yang cermat terhadap ruang, cahaya, dan bayangan. Banyak penulis yang mengomentari kemampuannya mengubah batu menjadi manusia dan memberikan energi pada figur-figur yang dilukisnya.
Michelangelo membakar sebagian besar karya lukisnya sehingga tidak seorang pun dapat melihat perjuangan kreatifnya. Patung David merupakan karyanya yang paling terkenal. Sedangkan karya lukisnya yang ikonik dan termashyur adalah karya-karyanya di Kapel Sistina. Ia menghabiskan hampir empat tahun nyaris tanpa istirahat untuk menuntaskan karya-karyanya di Kapel Sistina. Meskipun tidak ada tanda-tanda kegilaan yang mencolok dalam dirinya, banyak yang berspekulasi bahwa selain depresi, ia mengidap autisme.
9. Paul Gauguin
Lahir di Prancis pada 1848, Paul Gauguin adalah sahabat Vincent Van Gogh. Mereka bersama-sama membentuk komunitas seniman avant-garde. Seperti Van Gogh, Gauguin disinyalir juga mengalami depresi dan kecenderungan bunuh diri. Gauguin adalah orang terakhir yang melihat Van Gogh sebelum dia memotong telinganya sendiri. Sejumlah versi menuliskan Van Gogh memotong telinganya setelah bertengkar hebat dengan Gauguin.
Di balik karya-karyanya yang luar biasa, Gauguin berjuang melawan krisis paruh baya yang parah dan alkoholisme. Ia akhirnya mengasingkan diri ke Tahiti dalam beberapa tahun terakhir hidupnya. Ia berjanji akan kembali menjadi orang kaya dan memulai hidup baru. Niatnya ke Tahiti adalah ingin melarikan diri dari peradaban Eropa serta “segala sesuatu yang dibuat-buat dan konvensional”. Banyak yng menyebut Gauguin beraliran eksperimental, sintetis, dan impresionisme. Gauguin mempelopori gerakan seni simbolis di Prancis serta fauvisme—aliran yang menghargai konsep ekspresi dalam menangkap suasana yang akan dilukiskan—dan ekspresionisme. Sejumlah karya Gauguin yang terkenal adalah Tahitian Lanscape, Arearea, We Shall Not Go to Market Today, dan The Siesta.
10. Leonardo Da Vinci
Tentu kalian tahu, lukisan paling terkenal di dunia dan salah satu yang termahal adalah Mona Lisa, karya Leonardo Da Vinci, lelaki kelahiran Anchiano, Italia, pada 1452. Mona Lisa hingga kini masih diselimuti misteri. Lebih dari 500 tahun setelah diciptakan, banyak pertanyaan masih mengemuka mengenai beragam elemen dalam potret karya Da Vinci ini.
Hal itu bisa dimengerti, mengingat hampir semua karya Da Vinci merupakan lukisan yang belum selesai. Ada alasan mengapa karya-karya lelaki kidal ini tidak pernah selesai. Setengah milenium setelah kepergiannya, peneliti menemukan bahwa Da Vinci diduga mengidap attention deficit hyperactiby disorder (ADHD). Sejak kecil ia sudah dikenal hiperaktif. Semasa hidupnya, Da Vici kerap beralih dari satu tugas ke tugas lainnya. Ia juga terbiasa bekerja terus-menerus sepanjang malam, jarang tidur, dan mempunyai jam tidur siang yang pendek dan cepat bangun.
Tak Hanya Pelukis
Selain nama-nama tersebut, sejumlah pelukis hebat dunia juga disinyalir mengalami persoalan kejiwaan. Mereka antara lain Georgia O’Keeffe, Francisco Goya, dan Edgar Degas. Sejumlah seniman lain juga dicatat mengalami masalah kejiwaan selain menelurkan karya-karya yang hebat. Mereka antara lain penyair Emily Dickinson dan fotografer Alfred Stieglitz. Tentu masih banyak seniman dunia hebat di bidang lain, seperti musik dan sastra, yang menciptakan karya-karya di balik “ketidakwarasan” mereka.
Jadi, kesimpulannya, mereka seniman hebat yang menghasilkan karya-karya agung atau sekumpulan orang “gila” yang menghasilkan karya-karya luar biasa? Terserah penilaian kalian…
(S. Maduprojo, diolah dari berbagai sumber)