Terletak di sisi barat Jalan Gatot Subroto, Mampang Prapatan, Jakarta Selatan, gedung ini tampak berbeda dengan bangunan-bangunan lain di sekitarnya yang terlihat modern dan kekinian.
Tentu saja karena gedung ini dibuat pada 1980-1982. Dengan konsep unik, pembangunan Gedung Widya Graha saat itu menelan anggaran sekitar Rp 5,3 miliar—angka yang cukup besar untuk ukuran nilai rupiah kala itu. Gedung setinggi 50 meter, 11 lantai, dan luas lantai keseluruhan sekitar 13.400 meter persegi ini dirancang Atelier 6 dari Bandung dan dibangun oleh Wijaya Karya. Anggota kelompok—mereka menyebutnya paguyuban—arsitektur ini terdiri atas beberapa murid Profesor Vincent Rogers van Romondt dari Institut Teknologi Bandung. Salah satu karya mereka adalah Nusa Dua Beach Hotel (1980-1983).
Widya Graha, yang maknanya “rumah ilmu pengetahuan”, awalnya bergaya tropis-internasional, dengan konsep yang melawan norma desain yang “mengkotak” di eranya. Widya Karya berbentuk bundar, sebagai implementasi dari siklus kegiatan manusia sebagai pemrakarsa ilmu pengetahuan. Gedung ini dirancang hemat energi, dengan sinar matahari bisa masuk ke semua sisi gedung, serta diklaim tahan gempa. Dinding eksterior gedung awalnya berupa keramik putih—setelah renovasi pada 2014, saat ini dinding eksterior dilapisi komposit alumunium. Begitu juga dengan sistem ventilasinya. Terdapat lubang di tengah gedung yang akan dipasangi sel surya untuk pembangkit listrik. Presiden Soeharto meresmikan penggunaan gedung ini pada 23 Agustus 1982.
Entah kapan gedung ini akan bertahan seperti bentuknya sekarang. Hingga saat ini masih berlangsung proses peleburan sejumlah lembaga riset negara—seperti Batan, Lapan, BPPT, Lembaga Molekuler Eijkman, termasuk LIPI—dalam payung besar bernama Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) yang dimulai pada 2021. Bukan tak mungkin suatu saat nanti gedung yang selama ini telah melahirkan ribuan dokumen penelitian, rekayasa, dan terkaan lainnya ini akan berubah wujud. Beragam lembaga riset yang dilebur ke BRIN akan dirombak menjadi beberapa organisasi dan pusat riset berdasarkan bidang penelitian masing-masing. Bisa jadi pula, rumah para peneliti, perekayasa, dan penerka yang selama ini telah melahirkan ribuan dokumen penelitian, rekayasa, dan terkaan lainnya ini akan berubah wujud.
(S. Maduprojo. Diolah dari: Majalah Konstruksi, Setiapgedung.web.id, Indoplaces.com, Tempo, dll).