Rambu (bukan nama sebenarnya), adalah seorang sarjana hukum yang cerdas. Begitu lulus, ia bahkan sempat di-𝘩𝘪𝘳𝘦 oleh institusi bergengsi, ring 1 istana. Tidak kerasan di sana, kini ia menjadi tim legal di sebuah startup asal luar negeri.
Namun, sudah sebulan ini, hidupnya serasa dirampas. Perasaan cemas yang luar biasa, menderanya tiba-tiba. Begitu saya cari tahu, penyebab utamanya adalah rasa khawatir ditinggal mati oleh orang-orang yang dicintainya. Oleh neneknya, oleh ibunya, oleh ayahnya.
Cinta Berbuah Derita
Luar biasa sekaligus ironis sekali. Perasaan cinta yang begitu besar terhadap keluarganya, berbuah penderitaan yang begitu dahsyat. Bagaimana tidak, di momen-momen dengan durasi yang sangat sering, biasanya pukul 10 pagi, pukul 15 sore, dan malam, ia selalu terkena serang panik (𝘱𝘢𝘯𝘪𝘤 𝘢𝘵𝘵𝘢𝘤𝘬). Dan bila itu terjadi, dadanya berdegup kencang, napasnya pendek, paru-paru terasa sesak, seluruh tubuh terutama kaki begitu lemas, dan ia merasa, justru dirinyalah yang seakan hendak mati. Beberapa kali bahkan sampai tak terkendali, dengan ia berteriak sekencang-kencangnya, atau memukul-mukul benda apapun di sekitarnya.
Bahkan, ia sempat dilarikan ke UGD.
Karena kecemasan dan 𝘱𝘢𝘯𝘪𝘤 𝘢𝘵𝘵𝘢𝘤𝘬 ini, ia akhirnya sering tidak masuk kerja. Ketika Rambu bertemu dengan saya saja, ia sedang mengambil cuti panjang.
Kecemasan tak Selalu karena Sebuah Alasan
Bila kecemasan Rambu bersumber dari rasa takut akan kehilangan orang-orang tercintanya, hal berbeda terjadi pada Silvester (juga bukan nama sebenanrnya). Ia tidak tahu mengapa ia cemas. Yang ia rasakan, selain rasa cemas ini menguntitnya setiap menit, seperti Rambu, ia juga kerap terkena 𝘱𝘢𝘯𝘪𝘤 𝘢𝘵𝘵𝘢𝘤𝘬. Uniknya, 𝘱𝘢𝘯𝘪𝘤 𝘢𝘵𝘵𝘢𝘤𝘬-nya selalu datang pagi hari menjelang berangkat kerja; dan pukul 5 sore begitu hendak pulang kerja.
Saya sempat menggali akar, dan menemukan 𝘪𝘯𝘪𝘵𝘪𝘢𝘭 𝘴𝘦𝘯𝘴𝘪𝘵𝘪𝘻𝘪𝘯𝘨 𝘦𝘷𝘦𝘯𝘵-nya (pemicu awalnya), yaitu momen ketika ia sedang berada di sebuah pameran buku. Di pameran itu, ia merasa pusing melihat orang begitu banyak dan berjejal. Mungkin, katanya, saat itu ia terlambat makan. Semakin rasa pusingnya ia lawan, semakin dahsyat rasanya. Akhirnya tubuhnya roboh. Saat tubuhnya ambruk, ia sempat melihat, kaki-kaki orang layaknya jeruji besi yang padat dan seakan hendak menghimpit dia.
Sangat bisa dipahami, bahwa 𝘱𝘢𝘯𝘪𝘤 𝘢𝘵𝘵𝘢𝘤𝘬 yang datang setiap pagi menjelang kerja, dan sore menjelang pulang kerja, adalah bentuk 𝘸𝘢𝘳𝘯𝘪𝘯𝘨 dahsyat, bahwa sebentar lagi ia akan berada di tengah berjubelnya orang-orang yang hendak berangkat dan pulang kerja.
Baca Juga: Ketika Anak Muda Skizofrenia Berdamai dengan Tubuh dan Pikirannya
Apa Sih Cemas Itu?
Cemas adalah perasaan yang muncul ketika kita khawatir atau takut akan sesuatu. Perasaan takut dan khawatir ini alami dan manusiawi, sebagai bentuk mekanisme pertahanan diri, agar kita terhindar dan bisa mengantisipasi marabahaya. Kecemasan dan ketakutan alami ini biasanya hanya berdurasi sebentar. Kita akan kembali tenang dan nyaman.
Namun, ketika rasa khawatir dan takut ini berlangsung terus menerus dan mengganggu aktivitas kerja seperti yang terjadi pada Rambu dan Silvester, ini baru menjadi masalah. Kita harus segera menemui ahli, apakah psikolog, psikiater, atau dokter. Bisa jadi, ini sudah termasuk pada gangguan mental.
Gangguan kesehatan mental, menurut American Psychiatric Association, adalah kondisi ketika seseorang mengalami perubahan dalam pola pikir, emosi, dan perilaku, atau gabungan dari ketiganya. Gangguan kesehatan mental ini biasanya terkait dengan distres; atau masalah dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau keluarga.
1 dari 2 Orang Indonesia
Kasus Rambu dan Silvester hanya sebagian kecil dari kasus-kasus yang saya temukan. Di luar sana, ada jauh lebih banyak lagi.
Menurut data Kemenkes RI tahun 2018, 1 dari 10 orang Indonesia mengalami gangguan kesehatan mental, dalam jenis yang berbeda. Angka ini terus meningkat. Data terbaru Indonesian Adolescent Mental Health Survey menunjukkan bahwa 1 dari 3 orang Indonesia mengalami gangguan kesehatan mental. Survei Populix malah lebih banyak lagi, 1 dari 2 orang Indonesia.
Data ini boleh berbeda, karena angka hanya statistik semata. Namun, gangguan kesehatan mental yang kian terus meningkat, adalah fakta.
Namun, berbeda dengan masalah kesehatan fisik, masalah kesehatan mental ini belum disadari penuh oleh masyarakat Indonesia. Literasi tentang kesehatan mental, sangat kurang. Padahal, dampaknya jauh lebih dahsyat, baik pada kualitas diri, termasuk kualitas ekonomi. Lihat saja kasus cemas di atas, betapa dahsyat daya ganggunya. Bukan hanya membuat kualitas hidup anjlok, bahkan pekerjaan pun, langsung terganggu.
Alangkah baik, bila setiap kita, mulai memahami pentingnya kesehatan mental. Dengan demikian, kita pelajari seluk beluknya, sehingga kita bisa menjaga keseimbangannya. (*)
—-
𝘉𝘪𝘭𝘢 𝘈𝘯𝘥𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘪𝘯𝘨𝘪𝘯𝘬𝘢𝘯 𝘴𝘬𝘪𝘭𝘭, 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘮𝘢𝘮𝘱𝘶 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘦𝘭𝘰𝘭𝘢 𝘳𝘢𝘴𝘢 𝘤𝘦𝘮𝘢𝘴, 𝘣𝘢𝘪𝘬 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘢𝘯𝘵𝘶 𝘥𝘪𝘳𝘪 𝘮𝘢𝘶𝘱𝘶𝘯 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘭𝘢𝘪𝘯, 𝘢𝘱𝘢𝘭𝘢𝘨𝘪 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨-𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘵𝘦𝘳𝘤𝘪𝘯𝘵𝘢 𝘈𝘯𝘥𝘢, 𝘴𝘪𝘭𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘨𝘢𝘣𝘶𝘯𝘨 𝘥𝘪 𝙎𝙚𝙧𝙩𝙞𝙛𝙞𝙠𝙖𝙨𝙞 𝙉𝙖𝙨𝙞𝙤𝙣𝙖𝙡 𝙙𝙖𝙣 𝙋𝙚𝙡𝙖𝙩𝙞𝙝𝙖𝙣 𝙃𝙞𝙥𝙣𝙤𝙩𝙚𝙧𝙖𝙥𝙞. Asep Herna 𝘴𝘪𝘢𝘱 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘪𝘮𝘣𝘪𝘯𝘨 𝘈𝘯𝘥𝘢, 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘵𝘪𝘯𝘨𝘬𝘢𝘵 𝘍𝘶𝘯𝘥𝘢𝘮𝘦𝘯𝘵𝘢𝘭 (𝘋𝘢𝘴𝘢𝘳) 𝘴𝘢𝘮𝘱𝘢𝘪 𝘛𝘪𝘯𝘨𝘬𝘢𝘵 𝘈𝘥𝘷𝘢𝘯𝘤𝘦 (𝘔𝘢𝘩𝘪𝘳). 𝘗𝘦𝘭𝘢𝘵𝘪𝘩𝘢𝘯 𝘥𝘢𝘯 𝘚𝘦𝘳𝘵𝘪𝘬𝘪𝘴𝘢𝘴𝘪 𝘏𝘪𝘱𝘯𝘰𝘵𝘦𝘳𝘢𝘱𝘪 𝘴𝘪𝘢𝘱 𝘥𝘪𝘮𝘶𝘭𝘢𝘪 5 𝘖𝘬𝘵𝘰𝘣𝘦𝘳 2024. 𝘐𝘯f𝘰 𝘮𝘰𝘥𝘶𝘭, 𝘬𝘭𝘪𝘬: Sertifikasi Hipnoterapi.