24 October 2024
3 Alasan Kenapa Lagu “Cukup Siti Nurbaya” Keren

Tangkapan layar klip video Cukup Siti Nurbaya/Aquarius Musikindo

Bagi generasi 1990-an, lagu ini begitu populer.

“Cukup Siti Nurbaya” merupakan lagu pertama dalam album Terbaik Terbaik grup band legendaris Dewa 19—formasi Ahmad Dhani, Ari Lasso, Erwin Prasetya, dan Andra Ramadhan—setelah intro “IPS”. Album ini dirilis pada 1995 dan didistribusikan oleh Aquarius Musikindo. Album ini bisa jadi sesuai dengan nama albumnya karena hampir semua lagu yang ada di dalamnya disebut-sebut sebagai salah satu masterpiece Dewa 19. Lagu-lagunya bahkan banyak disukai hingga anak muda generasi sekarang. Sebut saja “Cukup Siti Nurbaya”, “Satu Hati (Kita Semestinya)”, “Terbaik-terbaik”, “Hanya Satu”, “Restoe Bumi”, “Manusia Biasa”, “Cinta Kan Membawamu Kembali”, atau “Jalan Kita Masih Panjang”. Majalah Rolling Stone Indonesia edisi Desember 2007 menempatkan album ini dalam urutan ke-26 “150 Album Indonesia Terbaik”.

Khusus “Cukup Siti Nurbaya”, CK akan mengulas tiga alasan kenapa lagu ini berasa keren di zamannya, bahkan untuk ukuran sekarang.

1. “Dogma”, “Falsafah”, “Agitasi”, …

Lirik lagu ini diciptakan Ahmad Dhani, pentolan Dewa 19. Banyak yang berpendapat Dhani adalah salah satu pencipta lagu dan lirik genius yang dimiliki Indonesia. Boleh dibilang dialah garda terdepan di barisan lagu-lagu hit Dewa 19. Seperti dalam lagu ini, di era 1990-an, tak terbayang muncul kata-kata “berat” seperti dogma, falsafah, agitasi, yang mengejutkan para pencinta lagu di Tanah Air. Mereka yang dicekoki dengan lirik-lirik yang “biasa-biasa” saja mesti membuka Kamus Besar Bahasa Indonesia untuk memahami kata-kata itu. Kalaupun ada yang luput, CK mengkritik “kekeliruan” Dhani pada lirik “…Agitasi murahan yang ada lagi, Mohon acuhkan palingkan muka…” Dalam konteks maksud pada paragraf lirik ini, penggunaan kata acuh sepertinya tidak tepat, karena yang dimaksudkan sebenarnya …Mohon (tidak) acuhkan palingkan muka…” Acuh berarti peduli.

BACA JUGA: Tersesat dalam Lirik dan Kisah Kelam “Gloomy Sunday”

2. Merujuk pada Kisah Sitti Nurbaya

“Ketidakbiasaan” pada lirik lagu ini adalah merujuk pada kisah Sitti Nurbaya. Sitti Nurbaya: Kasih Tak Sampai adalah sebuah roman yang ditulis oleh Marah Rusli. Novel ini diterbitkan Balai Pustaka pada 1922. Sitti Nurbaya berkisah cinta remaja Samsulbahri dan Sitti Nurbaya berlatar tanah Minang. Kisah cinta keduanya terpisah ketika Samsu terpaksa pergi ke Batavia (Jakarta). Tak lama kemudian, Nurbaya terpaksa menikah dengan Datuk Meringgih agar keluarganya terbebas dari utang. Nurbaya kemudian dibunuh oleh Meringgih. Pada akhir cerita, Samsu, yang menjadi anggota tentara kolonial, membunuh Meringgih dalam sebuah revolusi. Samsu sendiri akhirnya meninggal karena terluka berat. Novel ini diadaptasi dalam sebuah sinetron di stasiun TVRI pada 1990 dan menjadi fenomenal di eranya. Artis Novia Kolopaking dan Gusti Randa berperan sebagai Sitti Nurbaya dan Samsulbahri. Tapi sebelumnya novel ini sudah dibuat film berjudul Siti Noerbaja, film Hindia Belanda yang dirilis pada 23 Januari 1942 dan disutradarai oleh Lie Tek Swie. Film ini dibintangi Asmanah, Momo, dan Soerjono.

Jarang ditemui sebuah lirik lagu yang mengacu pada sebuah referensi novel/buku. Lirik-lirik “katakan pada mama, cinta bukan hanya harta dan tahta” disinkronkan dengan kisah Siti Nurbaya yang merasakan pahit dunia karena cintanya terhalang persoalan ekonomi keluarga. Dia pun pasang badan demi kebahagiaan keluarganya dan merelakan cinta sejatinya pupus.

Soal referensi seperti Cukup Siti Nurbaya, Dhani pernah bersinggungan dengan Yudhistira ANM Massardi pada April 2002. Penulis novel Arjuna Mencari Cinta itu menyomasi Dhani lantaran kasus hak cipta. Novel Arjuna Mencari Cinta diterbitkan pada 1977 oleh Cypres. Novel ini bersambung dengan Arjuna Mencari Cinta Part II (Arjuna Drop Out) dan Arjuna Wiwahahaha. Adapun lagu Arjuna Mencari Cinta diciptakan Dhani dalam abum Cintailah Cinta, album keenam Dewa yang dirilis pada 2002.

3. Diciptakan sekelompok anak muda di usia muda

Lagu ini dirilis pada 1995. Bisa jadi proses kreatifnya terjadi pada tahun-tahun sebelumnya. Kematangan lirik dan tema seperti tertuang dalam Cukup Siti Nurbaya oleh musikus muda di rentang usia 19-24 tahun tentu satu hal yang cukup langka. Lagu ini mengisahkan tema drama percintaan remaja yang terbentur restu orang tua dengan kalimat-kaimat yang cerdas. “Katakan pada papa dan mama, cinta bukan hanya harta dan tahta…”

Iniah lirik dan link lagu “Cukup Siti Nurbaya”.


CUKUP SITI NURBAYA

Oh.. masih ada, belenggu ruang cinta
Meresap kini, di dinding zaman
Mencoba-coba kikis naluri
Agitasi murahan yang ada lagi
Mohon acuhkan palingkan muka

Oh, memang dunia, buramkan satu logika
Seolah-olah hidup kita ini
Hanya ternilai sebatas rupiah
Dengarkan manusia yang terasah falsafah
Sesaat katanya itu bukan dogma

Reff:
Katakan, pada mama
Cinta bukan hanya harta dan tahta
Pastikan pada semua
Hanya cinta yang sejukkan dunia (bukan itu mama… bukan itu papa)

Oh, cukup Siti Nurbaya yang mengalami pahitnya dunia
Dengarkan manusia yang terasah oleh falsafah
Sesaat katanya itu bukan dogma

Reff:
Katakan, pada mama
Cinta bukan hanya harta dan tahta (bukan harta tahta)
Pastikan pada semua (pastikan pada semua)
Hanya cinta yang sejukkan dunia

https://www.youtube.com/watch?v=4bSDEwOrHKE

(S. Maduprojo, diolah dari berbagai sumber)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *