27 July 2024

FOTO Y. MARTINUS

Situs ini diyakini berada di area peninggalan Kerajaan Padjadjaran.

Pada awal Januari lalu, tim redaksi Catatan Kaki menuju kawasan di sekitar Jalan Batu Tulis, Kelurahan Batu Tulis, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor, Jawa Barat. Dari Kebun Raya Bogor, wilayah ini berjarak sekitar 5 kilometer. Di wilayah ini terdapat sejumlah prasasti atau peninggalan bersejarah yang dikait-kaitkan dengan keberadaan Kerajaan Padjadjaran. Zaman keemasan kerajaan ini disebut-sebut ketika dipimpin Prabu Dewataprana Sri Baduga Maharaja alias Prabu Siliwangi III, putra Prabu Dewa Niskala, yang lahir pada sekitar 1401 Masehi di Kawali Galuh—sekarang Ciamis. Prabu Siliwangi memerintah Kerajaan Sunda Galuh atau Pasundan atau Pakuan Padjadjaran sekitar 39 tahun (1482–1521 Masehi). Pakuan berasal dari bahasa Jawa Kuno “pakwwan/pakwan” yang bermakna istana.

Kerajaan Padjadjaran melemah setelah kematian Prabu Siliwangi dan runtuh akibat serangan dari Kesultanan Banten pada 1579 M. Jejak atau puing-puing Kerajaan Padjadjaran memang belum banyak ditemukan. Tapi setidaknya ada sejumlah prasasti dan naskah kuno yang menceritakan kerajaan ini. Di antaranya Babad Padjadjaran, Kidung Sundayana, Prasasti Sanghyang Tapak, Prasasti Kawali, Prasasti Rakryan Juru Pangambat, Prasasti Perjanjian Sunda-Portugis, dan Prasasti Batu Tulis. Nah, selain Prasasti Batu Tulis, di sekitar kawasan ini terdapat situs-situs lain yang menjadi bukti tentang keberadaan Kerajaan Sunda Galuh. Sebut saja Situs Batu Dakon Empang di Jalan Kampung Empang yang berjarak lebih-kurang 4 kilometer dari Batu Tulis, Situs Batu Congkrang, dan Situs Purwakalih (Purwagalih).  

Prasasti Batu Tulis pertama kali ditemukan pada 25 Juni 1690 oleh pasukan VOC pimpinan Adolf Winkler. Pada masa pemerintahan Thomas Stamford Raffless (1811-1816), mulai muncullah kajian mengenai isi prasasti ini. Prasasti ini dipahat pada sebuah lempengan batu pipih berukuran besar yang bentuknya meruncing seperti gunungan. Isi prasasti ini terdiri atas sembilan baris tulisan dalam aksara Jawa Kuno dan berbahasa Sunda Kuno. Prasasti ini dibuat pada masa pemerintahan Suwawisesa, putra Prabu Siliwangi, pada 1455 Saka (1533 Masehi).

Sementara itu, Situs Batu Dakon Empang merupakan sebuah batu berlubang-lubang yang terletak di tepi jalan Kampung Empang. Lokasi situs ini tidak jauh dari Makam Raden Saleh. Lalu Situs Batu Congkrang bisa kita temui di Jalan Batu Tulis. Situs ini terdiri atas beberapa batu yang bergores-gores, seperti yang sering dijumpai di situs-situs purbakala di Jawa Barat.

Adapun Situs Purwakalih yang kami datangi terletak di area seluas lebih-kurang 40 meter. Tepatnya di Jalan Lawang Gintung, di wilayah RT 01/RW 02, Desa Batu Tulis, Kecamatan Bogor Selatan. Dulu masyarakat mengenal situs ini sebagai Purwagalih, yang sekarang disebut Purwakalih. Nama Purwakalih diambil dari bahasa Sunda Kuno. Purwa artinya “pertama” dan Kalih atau Galih artinya “bersinar”. Banyak yang menyakini bahwa situs ini merupakan jalan pintu masuk ke Kerajaan Padjadjaran.

BACA JUGA: 6 Rumah Ibadah Berjajar

Terdapat tiga patung/batu menyerupai manusia yang tingginya sekitar 60 sentimeter, yang oleh warga setempat dinamai Patung Purwa Galih, Galap Nyawang, dan Kidang Penanjung. Salah satu batu sudah tidak memiliki kepala. Di pinggir batu tersebut dikelilingi beberapa batu kali yang berukuran lebih kecil. Dua batu berbentuk balok terdapat di pinggir situs. Situs ini ditemukan sekitar tahun 1769 oleh peneliti asal Belanda bernama Pleyte.

Diolah dari berbagai sumber

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *