27 July 2024

Ilustrasi: Freepik.com

Seberapa ngeh kalian bahwa yang lebih tepat adalah Antarktika, bukan Antartika?

Sudah hampir 125 tahun lalu (sekitar 1899) sejak manusia pertama kali menjejak benua yang kini disebut Antarktika ini dan sudah 180 tahun silam (sekitar 1819) sejak pelaut melihat pertama kali pulau-pulau di semenanjung ini. Bahkan, sebelum mereka melihatnya, sebagian besar penjelajah sudah yakin bahwa ada benua besar di wilayah ujung selatan bumi. Mereka menyebutnya Terra Australis Incognita—Tanah Selatan yang Tak Dikenal.

Sebutan Terra Australis Icognita berawal dari keyakinan bahwa tidak akan ada lagi sebuah daratan yang lebih jauh ke selatan wilayah Australia dan Australia adalah ujung dari belahan selatan dunia.

Pada awal abad ke-19, penjelajah Matthew Flinders ragu akan keberadaan benua terpisah di selatan Australia—saat itu Benua Kanguru ini disebut New Holland. Karena itu, Flinders menganjurkan nama “Terra Australis” untuk New Holland saja. Pada 1824, otoritas kolonial di Sydney secara resmi mengganti nama New Holland menjadi Australia. Dengan begitu, istilah “Terra Australis” tidak lagi digunakan sebagai referensi untuk menyebut Antartika. Selama beberapa dekade berikutnya, para ahli geografi menggunakan frasa “Benua Antarktika”. Namun mereka mencoba mencari pengganti yang lebih puitis, seperti Ultima dan Antipodea. Nama Antarktika diyakini pertama kali digunakan pada 1890-an oleh kartografer atau ahli peta Skotlandia, John George Bartholomew.

Dari Dalil Yunani Kuno

Keyakinan bahwa “pasti” ada daratan di ujung selatan bumi ada di benak orang-orang Yunani kuno, yaitu sejak zaman Klaudius Ptolemeus (sekitar abad ke-1 Masehi), yang menyukai simetri dan keseimbangan. Ptolemaeus adalah seorang ahli geografi, astronom, dan astrolog yang hidup pada zaman Helenistik (masa setelah penaklukan Alexander Agung) di Provinsi Aegyptus, Romawi. Ptolemaeus adalah pengarang beberapa risalah ilmiah, tiga di antaranya kemudian memainkan peranan penting dalam keilmuan Islam dan Eropa. Orang-orang di zaman itu mendalilkan bahwa pasti ada benua besar di wilayah selatan untuk menyeimbangkan daratan besar di belahan bumi utara. Sekitar 2.000 tahun kemudian, di era eksplorasi besar-besaran, orang-orang Eropa cukup jauh menjelajah wilayah selatan untuk menguji keyakinan orang-orang Yunani Kuno itu.

BACA JUGA: “Politik Gentong Babi”

Diawali dari penjelajahan Fernando de Magelhaens—penjelajah asal Portugal yang melayani Raja Carlos I dari Spanyol dalam rute pencarian ke arah barat menuju “kepulauan rempah-rempah”—sekitar 1520, sejak itulah sejumlah penjelajah dan ilmuwan mengklaim telah menemukan Antarktika. Dari James Cook pada 1773-1774; Fabion von Bellingshausen, Lazarev, Edward Bransfield, dan Nathaniel Brown Palmer pada sekitar 1820; John Davis pada 1821; ekspedisi Angkatan Laut Amerika Serikat pada 1842; hingga ekspedisi Nimrod pimpinan Ernest Shackleton pada 1907. Sebuah ekspedisi menggunakan kapal Fram yang dipimpin oleh penjelajah kutub-kutub Norwegia, Roald Amundsen, pada 14 Desember 1911 dicatat sebagai orang-orang pertama yang mencapai wilayah geografi Kutub Selatan.

Lawan dari Benua Utara

Antarctic alias Antarktika berasal dari kata antarctic, dari bahasa Prancis pertengahan antartique atau antarctique yang bermakna “berlawanan dengan Arktik/Utara”. Istilah itu mengacu pada kata Latin antarcticus serta antarktikos (anti- + arktikos) dalam bahasa Yunani yang juga bermakna “berlawanan dengan utara”. Arktik atau Utara adalah sebuah wilayah di sekitar Kutub Utara bumi. Istilah Arktik berasal dari bahasa Yunani arktos yang berarti beruang. Arktik termasuk bagian dari Rusia, Alaska, Kanada, Greenland, Islandia, Lapland, Norwegia, dan Samudra Arktik.

Filsuf Yunani Aristoteles (384-322 SM) diyakini sudah memakai istilah “wilayah Antarktika” dalam naskahnya, Meteorologica, pada 350 SM. Ahli geografi Yunani Marinus of Tyre juga dilaporkan menggunakan nama tersebut dalam peta dunianya pada abad ke-2 Masehi, yang kini telah hilang. Penulis Romawi, Gaius Julius Hyginus dan Apuleius, menggunakan nama Yunani polus antarcticus untuk menyebut Kutub Selatan, yang kemudian menjadi asal mula istilah Prancis Kuno pole antartike (pôle antarctique). Istilah pol antartik juga digunakan pada masa bahasa Inggris pertengahan, berdasarkan sebuah risalah yang ditulis oleh penulis Inggris Geoffrey Chaucer.

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) menganjurkan pemakaian Antarktika, alih-alih Antartika yang disebut bentuk tidak baku Antarktika. Situs web Wikipedia juga menuliskan Antarktika untuk menyebut benua yang memiliki suhu terdingin (bisa mencapai −94,7 derajat Celsius), berangin, sekaligus terkering di bumi ini. Istilah Antartika lumayan populer dalam bahasa Indonesia, yang bisa jadi “tidak salah” karena dalam bahasa Inggris pertengahan dan Prancis Kuno/pertengahan ada istilah antartik tanpa “K” di antara “antar-tik”. Namun mengacu pada sejarah dan etimologinya, nama yang memang lebih tepat semestinya adalah AntarKtik…

(S. Maduprojo, sumber rujukan Antarcticonline.com, Wikipedia, dan sumber lainnya)



Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *