25 November 2024
Ada Apa di Balik “Sonnet 18”

Foto: Freepik.com

Ungkapan bait-bait cinta nan indah yang ditujukan untuk Fair Youth dalam sajak-sajak cinta Sonnet 18 menjadi tanda tanya tentang orientasi seksual Shakespeare.

Bagi pemerhati sastra, siapa tak kenal William Shakespeare? Dialah penyair dan dramawan paling tersohor di Inggris Raya dan dunia. Karya-karya naskah dramanya seperti abadi hingga sekarang; dikenang, diinterpretasikan dalam berbagai bahasa dan genre film, musik, ataupun pertunjukan lainnya di belahan dunia. Naskah drama Shakespeare terdiri atas drama tragedi, komedi, dan sejarah. Di antara 38 naskah dramanya, Romeo and Juliet, Othello, Hamlet, King Lear, dan Macbeth adalah karya-karya yang paling termasyhur. Naskah-naskah dramanya itu menjadi kajian wajib di fakultas-fakultas ilmu budaya (sastra) dan kerap dipentaskan dalam pertunjukan-pertunjukan teater hingga saat ini.

Menulis 154 Soneta


William Shakespeare tertulis lahir di Stratford-upon-Avon, Warwickshire, Inggris, pada 23 April 1564 dan meninggal pada 23 April 1616. Sejatinya tanggal-tanggal tersebut hanyalah perkiraan karena tidak ada catatan mengenai kelahiran ataupun kematiannya dan hanya didasarkan pada catatan pembaptisan serta pemakaman dirinya. Menikah dengan Anne Hathaway, ia dikaruniai tiga anak. Ulang tahun Shakespeare dirayakan di seluruh dunia setiap tahunnya. Festival utamanya diadakan di Stratford-upon-Avon pada perayaan Hari Saint George.

Selain naskah drama, Shakespeare menulis 154 soneta—ada yang menyebutnya lebih karena sebagian dimasukkan dalam naskah dramanya. Soneta-soneta itu terdiri atas beragam tema, dari cinta, usia dan perjalanan waktu, anak muda, kehilangan, kecantikan, pernikahan, nafsu dan gairah, hingga pengkhianatan serta perselingkuhan. Bagian pertama soneta, yakni 1-126, berkaitan dengan hubungan penyair dengan seorang pemuda yang dijuluki Fair Youth. Sepanjang soneta ini, ia mengeksplorasi “kecantikan” (ketampanan?) pemuda tersebut; bagaimana mereka memperlakukan satu sama lain, apa yang harus dilakukan pemuda tersebut dalam hidup, dan terutama bagaimana ketampanannya akan memudar jika dia tidak menjadi ayah dari anak-anak. Kumpulan soneta kedua, 127-152, berkisah tentang hubungan dengan seorang wanita misterius yang dikenal sebagai Dark Lady. Dia diceritakan kejam, cantik, dan bertanggung jawab atas banyak penderitaan sang penyair. Dark Lady memiliki kulit gelap dan digambarkan sangat sensual.

Pentameter Iambik

Soneta Shakespeare adalah puisi yang jumlah panjangnya 14 baris, seperti soneta tradisional, yang mengikuti skema rima “ABABCDCDEFEFGG” dan menggunakan pentameter iambik (iambic pentameter). Apa itu pentameter iambik? Dalam sebuah baris puisi, “iamb” berarti kaki atau ketukan yang terdiri atas suku kata tanpa tekanan diikuti dengan suku kata yang diberi tekanan. Atau cara lain untuk menganggapnya sebagai suku kata pendek diikuti suku kata panjang. Sedangkan “penta” berarti lima. Jadi pentameter artinya lima meter.

Sebaris puisi yang ditulis dalam pentameter iambik memiliki lima kaki/lima set suku kata yang diberi tekanan dan suku kata yang tidak diberi tekanan. Jika kedua istilah ini digabungkan, pentameter iambik adalah baris tulisan yang terdiri atas lima pasang atau total sepuluh suku kata dengan pola tertentu suku kata tanpa tekanan diikuti suku kata yang diberi tekanan, atau suku kata pendek diikuti suku kata panjang. Misalnya, deLIGHT, SUN, forLORN, one DAY, RELEASE. Atau, kutipan/quote terkenal “to BE, or NOT, to BE” dalam Hamlet, misalnya, bisa dijadikan contoh penggunaan pentameter iambik. Contoh lain adalah baris Shall I compARE thee TO a SUMmer’s DAY? dalam Soneta 18.

Alat Tulis Favorit Shakespeare

Nah, bahasa Inggris adalah bahasa yang sempurna untuk penggunaan pentameter iambik ini karena cara kerja suku kata yang diberi tekanan dan tanpa tekanan. Menariknya, iambik ini terdengar seperti irama detak jantung—da-DUM, da-DUM, da-DUM…. Jadi, pentameter iambik adalah pengukur ritme iambik; yang bertujuan untuk menjaga ritme yang “menyenangkan telinga”. Pentameter iambik dapat digunakan dengan berbagai cara yang berbeda. Misalnya, membantu penulis skenario film menjaga kecepatan dialog dalam filmnya. Salah satu penulis yang ahli dalam mengatur tempo dialog seperti ini adalah Noah Baumbach—sutradara dan penulis skenario Amerika Serikat yang terkenal dengan karya-karyanya, seperti Kicking and Screaming (1995), Mr. Jealousy (1997), The Squid and the Whale (2005), Greenberg (2010), Frances Ha (2013), Mistress America (2015), White Noise (2022), dan Barbie (2023).

Itulah salah satu alasan mengapa Shakespeare dianggap sebagai penulis terhebat sepanjang masa. Karya-karyanya sarat dengan metafora, subteks, dan alur yang luar biasa. Irama khusus ini merupakan salah satu alat tulis favoritnya dan menjadi bagian penting dari banyak karya terbaiknya.

Baca Juga: Enheduanna, “Penulis Puisi Pertama” di Dunia?

Soneta 18

Soneta 18 mungkin soneta paling terkenal dari 154 soneta yang diselesaikan Shakespeare semasa hidupnya. Ia dianggap sebagai salah satu ayat terindah dalam bahasa Inggris dan salah satu puisi terbaik sepanjang masa. Puisi ini awalnya diterbitkan dalam format kuarto pada tahun 1609. Para ahli telah mengidentifikasi tiga subyek dalam kumpulan puisi ini, yakni Rival Poet, Dark Lady, dan seorang pemuda anonim yang dijuluki Fair Youth. Khusus Soneta 18 ini ditujukan kepada Fair Youth.

Puisi ini dibuka dengan kalimat abadi, ”Shall I compare thee to a summer’s day?/Haruskah aku membandingkanmu dengan hari musim panas?”. Setelah itu Shakespeare menemukan ”kecantikan” masa muda bahkan “lebih indah dan lebih sejuk” dibanding musim panas. Di sini Shakespeare berada dalam kondisi paling romantisnya, menulis bahwa cinta dan kecantikan masa muda lebih langgeng ketimbang hari-hari musim panas, yang sesekali diwarnai angin, panas terik, dan akhirnya pergantian musim. Meskipun musim panas harus selalu berakhir, kecintaan sang penyair terhadap pria itu abadi—”eternal summer shall not fade/’musim panas abadi’ kaum muda tidak akan pudar”.

Pemuda yang menjadi “sasaran tembak” puisi ini adalah inspirasi bagi 126 soneta pertama Shakespeare. Meskipun ada beberapa perdebatan tentang urutan teks yang benar, 126 soneta pertama saling terkait secara tematis. Mereka menceritakan kisah cinta yang semakin bergairah dan intens di setiap soneta.

Dalam 17 soneta sebelumnya, penyair telah berusaha meyakinkan pemuda tersebut untuk berumah tangga dan memiliki anak. Tapi, dalam Soneta 18, penyair meninggalkan kehidupan rumah tangga ini untuk pertama kalinya dan menerima hasrat cinta yang menggebu-gebu—sebuah tema yang muncul lagi dalam soneta berikutnya.

Orientasi Seksual Shakespeare

Soneta 18 dianggap sebagai salah satu ayat terindah dalam bahasa Inggris. Kekuatan soneta yang abadi berasal dari kemampuan Shakespeare menangkap esensi cinta dengan begitu jelas dan ringkas. Setelah banyak perdebatan di kalangan pemuka agama, kini secara umum sudah diterima bahwa subyek puisi tersebut adalah laki-laki. Pada 1640, seorang penerbit bernama John Benson merilis edisi soneta Shakespeare yang dianggap “sangat tidak akurat”, di mana ia mengedit pemuda tersebut, menggantikan “he” menjadi “she”. Revisi Benson itu dianggap sebagai teks standar sampai tahun 1780. Namun para ahli segera menyadari bahwa 126 soneta pertama awalnya ditujukan kepada seorang pria muda sehingga memicu perdebatan tentang orientasi seksual Shakespeare. Sifat hubungan antara kedua pria ini sangat ambigu dan sering kali tidak mungkin diketahui apakah Shakespeare menggambarkan cinta yang platonik—tanpa nafsu berahi— atau erotis.

Berikut ini baris puisi Soneta 18:

Shall I compare thee to a summer’s day?
Thou art more lovely and more temperate:
Rough winds do shake the darling buds of May,
And summer’s lease hath all too short a date:
Sometime too hot the eye of heaven shines,
And often is his gold complexion dimmed,
And every fair from fair sometime declines,
By chance, or nature’s changing course untrimmed:
But thy eternal summer shall not fade,
Nor lose possession of that fair thou ow’st,
Nor shall death brag thou wander’st in his shade,
When in eternal lines to time thou grow’st:   
So long as men can breathe, or eyes can see,   
So long lives this, and this gives life to thee.


(S. Maduprojo, bahan rujukan: Thoughtco.com, Poemanalysis.com, dan berbagai sumber lainnya)


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *