27 July 2024
Harley Davidson di Mata Millennial

Harley Davidson di Mata Millennial

Bagian 3: Touring Menuju Senja Kala
Sangat menarik menyimak pendapat para milenial tentang Harley-Davidson (HD). Sebuah platform bernama Quora.com mengajukan pertanyaan pada mereka. Bunyinya: Kenapa HD tidak populer di kalangan milenial? Mari simak jawaban menarik mereka.

Casey Jones

“Saya adalah milenial. Ini beberapa alasan kenapa saya tidak mau membeli HD (Saya memiliki 7 buah sepeda motor. Jadi, ya, saya senang dengan sepeda motor).”

 “Teknologi masa lalu dengan harga masa depan. Motor-motor Harley benar-benar membuat uang tidak punya nilai. Kamu membeli desain dasar yang sama yang telah ada selama ratusan tahun, tapi perubahannya sedikit sekali dengan harga yang mahal.”

“Milenial terbebani oleh pinjaman pelajar dan harus berusaha sekuat tenaga hanya untuk memiliki rumah. Membayar 40.000 dolar Amerika untuk kemewahan seperti motor HD bukanlah prioritas bagi kami.”

“Citranya. HD memiliki masalah citra yang begitu besar. Tidak hanya diasosiasikan dengan karakter-karakter seperti gang motor, tapi terus-menerus diasosiasikan dengan boomer yang semakin tua tapi tetap saja masih mengejar simbol status, yang sudah tidak relevan bagi siapa saja, kecuali bagi boomer sendiri.”

“Balik lagi ke masalah pemilikan rumah, semakin sedikit milenial yang punya rumah. Itu artinya mereka tidak punya tempat aman untuk menyimpan sesuatu seperti sebuah motor.”

Robbie Padilla (Jawaban Dipersingkat, Penulis)

“Saya seorang pemotor milenial yang tidak naik HD. Jadi saya merasa berhak menjawab pertanyaan ini.  Saya mulai naik motor dari umur 16 tahun pada 2008. Ayah memberikan motor untuk ibu, abang saya dan saya sendiri. Keluarga kami memiliki beberapa buah motor di antaranya Honda V45 Magna dan V30 Magna, 883 Sportster HD dan beberapa lagi yang lainnya.”

“Pada saat itu, sebagai pemotor pemula, saya tidak terlalu peduli dengan masalah kinerja mesin dibandingkan dengan pengalaman naik motornya. Saya akui, saat V-Twin-nya (mesin HD) ada di bawah saya, (rasanya) cukup keren. Suatu ketika saya mencoba sampai berapa cepat saya bisa ngebut. Saya bisa memacu sampai 80 mil (128,75 km) per jam, sampai saya merasa saya akan segera jatuh atau berhenti bergetar. Motor modern tidak boleh terasa berbahaya pada kecepatan seperti itu. Rem-rem pada motor-motor Honda tua tahun 80-an milik kami saja, secara signifikan lebih baik dibanding rem HD. Saat itulah saya menyadari bahwa HD hanya lebih menang pada namanya saja daripada kualitas bagus motornya.”     

“Jika kamu ingin ‘rasa’ dari mesin V-Twin, ada banyak motor yang lebih bagus daripada HD. Suzuki SV650 dan Ducati Monster adalah motor-motor yang bisa kamu dapat di pasar motor bekas dengan harga yang sangat bagus. Lalu, para empat besar pabrikan Jepang membuat cruiser-cruiser bermesin V-Twin dengan harga lebih murah dibanding HD. Dengan tawaran-tawaran yang sangat baik dalam dunia motor, saya pikir HD tidak melakukannya untuk kami, para milenial. Kami ingin sesuatu yang harganya masuk akal sekaligus gacor mesinnya!” 

Laura Hancock (Jawaban Dipersingkat, Penulis)

“Saya milenial. Saya pemotor. Ini beberapa alasan saya tidak tertarik terhadap HD.”

Harganya. HD itu mahal. Bekasnya saja masih lebih mahal dibandingkan dengan motor-motor sejenis dari Jepang dan Eropa. Beberapa merek Jepang membuat motor-motor tipe cruiser yang keren dengan harga lebih murah. Kakak laki-laki saya punya sebuah cruiser dari Kawasaki. Saya sudah pernah mengendarainya. HD juga pernah. Sejujurnya, tidak ada bedanya di antara keduanya. Kakak membelinya karena memang keduanya mirip, tapi ia tidak harus membayar tinggi sekali hanya untuk sebuah merek. Menurutnya itu tidak layak (Poin ini penting: Ia – kakak saya, juga seorang milenial).”

Demografiknya. HD adalah 100% motor boomer. Hanya mereka yang bisa membelinya, setidaknya itu yang saya lihat. Saya bahkan tidak melihat gen-X mengendarainya. Di Amerika, motor adalah kendaraan untuk bersenang-senang. Milenial tidak punya uang sebanyak boomer untuk dibuang-buang hanya untuk bersenang-senang.”

Beratnya. Saya sudah pernah mencobanya, melakukan test-ride, dan memang sangat berat. Kebanyakan orang seumuran saya, laki maupun perempuan, cenderung memilih motor yang lebih ringan. Saya lihat, yang sedang ‘hot‘ sekarang itu tipe café-racer dan stripped-down.”

Demografik lagi. Pemotor HD itu jadi sangat menyebalkan bila berpapasan dengan pemotor lain yang bukan naik HD. Antar-pemotor yang berpapasan biasanya melakukan salut (saling mengacungkan tanda “V”) kepada yang lainnya. Tapi sering kali jika seseorang naik HD dan kamu naik bukan HD, ia tidak mau membalas salut.”

“Bila kamu lihat pemasarannya, jelas sekali mereka (tujukan) kepada orang-orang yang mencurahkan dan melakukan seluruhnya hanya untuk HD. Bagus sih, untuk yang senang akan hal itu. Tapi banyak juga yang tidak suka. Seperti saya. Dan, kakak saya, yang mungkin ingin punya, tapi mereka tidak punya dompet yang sangat tebal untuk membelinya. Dan, akhirnya memuaskan pilihan estetis mereka kepada merek yang lain.”

“Itu dia alasan saya.” 

Baca juga: Kumpulan Story Minggu Ini Catatan Kaki

“Revitalisasi” Menuju Senja Kala?

Data demografi Amerika Serikat sesuai dengan Statista.com tahun 2022, menunjukkan generasi milenial paling banyak jumlahnya, yaitu 72,24 juta. Simpel saja. Bila generasi yang kini paling banyak memenuhi jagat raya dan menjadi “penentu dunia” tidak mau membeli, bagaimana nasib motor-motor yang ada di showroom para dealer itu?

Catatan penting: Masih menurut Statista, dari sisi data penjualan HD di seluruh dunia, antara tahun 2017 sampai 2022, terjadi penurunan penjualan. Sempat naik pada 2021, tapi turun lagi pada 2022. Lalu dari laporan keuangan HD kuartal pertama 2023 menyebutkan terjadi penurunan penjualan secara global sebesar 12%. 

Ah, ini satu lagi. Jochen Zeitz, sesaat setelah resmi menjadi CEO Harley Davidson, mengatakan akan merevitalisasi HD menjadi merek premium. Apakah premium maksudnya adalah produk yang jarang? Atau barang mahal? Atau yang sangat jarang dan sangat mahal? Menurut Merriam-Webster, sinonim dari kata “premium” adalah expensive: MAHAL. Hmmm… Bila itu arahan dari Tuan Zeitz, apakah touring HD kali ini memang sudah menuju senja kala?

Business Wise

Sudah terbukti HD adalah merek yang sangat kuat. Pecintanya pun sangat loyal. Tapi dunia sudah berubah. Kebutuhan hidup, gaya hidup, nilai-nilai masyarakat, berubah sesuai dengan zaman.

Mempertahankan pencinta loyal adalah keniscayaan, tapi mendapatkan pelanggan baru adalah kewajiban. Itu bila tidak ingin merek kita dilindas zaman.

***

(Sasongko Akhe, Kontributor Catatankaki dan Pengamat Brand)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *