Penggalan liriknya seperti ini: … Oh mungkinkah diri ini/dapat merubah buih/yang memutih…
Pikir Mas Bejo, lagi-lagi kata “merubah”. Emang lebih enak pakai kata “merubah”, ya, dibanding kata “mengubah”? Seingat Mas Bejo, cukup banyak lirik lagu Indonesia yang memilih kata merubah alih-alih mengubah. Tapi Mas Bejo lupa lagunya apa saja.
Yang paling diingat Mas Bejo ya salah satu lirik lagu Krisdayanti pada 2000. “Varian” kata “mengubah” dalam lirik lagu Yang Kumau—salah satu single dari album Mencintaimu itu—malah lebih parah. Enggak cukup pakai kata “merubah”, dalam lirik lagu itu Krisdayanti melafalkan kata “robahlah”. “…Jika Tuhan/Mau begini/Robahlah semua/Jadi yang ku mau…”
Merubah jelas-jelas mengacu pada bentukan kata mengubah. Kata mengubah terdiri dari awalan “me-” dan kata dasar “ubah”—bukan “rubah”—mamalia karnivor terkecil dari kelompok anjing, bermoncong panjang (Vulpes vulpes).
Baca Juga: 5 Kata yang Sering Kurang Tepat Kita Gunakan
Secara tradisional, awalan me– diperikan sebagai awalan yang berubah bentuknya menjadi meng– ketika diikuti bentuk dasar yang berawal vokal “k, g, h, kh, u”; menjadi mem– jika diikuti “p, b, dan f”; menjadi men– jika diikuti “t dan d”, menjadi men(y) ketika diikuti “s, sy, dan j”; dan tetap sebagai me– ketika diikuti “m, n, ny, ng, l, atau r”.
Jadi, untuk kata dasar ubah, ketika ia menjadi verba, jelas yang berlaku adalah mengubah, bukan merubah, atau malah merobah. Terus, Mas Bejo pikir, enggak mungkin jugalah si pembuat lirik lagu bermaksud “menjadikan rubah” orang-orang yang melantunkan lirik lagu itu….
(S. Maduprojo)