Dilarang, di satu sisi dibutuhkan untuk pengobatan penyakit. Dilegalkan, bisa membuat fatal banyak orang.
Inilah sejumlah efek penggunaan ganja bagi tubuh:
– Ketika ganja diisap, THC—etrahidrokanabinol, psikotropika yang merupakan senyawa utama ganja, hanya dihasilkan tanaman ganja—dan bahan kimia lainnya dalam tanaman berpindah dari paru-paru ke aliran darah, yang dengan cepat membawanya ke seluruh tubuh dan otak. Orang tersebut mulai mengalami efek instan. Pemakai mengalami euforia yang menyenangkan dan rasa relaksasi. Efek umum lainnya adalah persepsi sensorik yang meningkat. Misalnya melihat warna yang lebih cerah, tawa, perubahan persepsi waktu, dan peningkatan nafsu makan.
Baca Juga: Extrava-Ganja
Baca Juga: Setuju atau Tidak Kalau Ganja Medis Legal?
Baca Juga: Daun Terlarang
Baca Juga: Manfaat Ganja untuk Obat
– Jika ganja dikonsumsi dalam makanan atau minuman, efek ini agak tertunda—biasanya muncul setelah 30 menit hingga 1 jam—karena obat harus lebih dulu melewati sistem pencernaan. Makan atau minum ganja memberikan THC jauh lebih sedikit ke dalam aliran darah dibanding merokok dengan jumlah tanaman yang setara. Karena efek yang tertunda, orang mungkin secara tidak sengaja mengkonsumsi lebih banyak THC daripada yang mereka inginkan.
– Pengalaman menyenangkan atas ganja tidak berlaku umum. Alih-alih relaksasi dan euforia, beberapa orang mengalami kecemasan, ketakutan, ketidakpercayaan, ataupun kepanikan. Efek ini lebih umum ketika seseorang mengkonsumsinya terlalu banyak. Orang yang menggunakan ganja dalam jumlah dosis besar dapat mengalami psikosis akut—kelainan jiwa disertai dengan disintegrasi kepribadian dan gangguan kontak dengan kenyataan—yang meliputi halusinasi, delusi, dan hilangnya rasa identitas pribadi.
– Meski jumlah THC yang terdeteksi dapat tetap berada di dalam tubuh selama berhari-hari atau bahkan berminggu-minggu setelah digunakan, efek nyata dari ganja yang diisap umumnya berlangsung 1 hingga 3 jam. Ganja yang dikonsumsi dalam makanan atau minuman dapat bertahan selama berjam-jam.
– THC mampu menempel pada molekul yang disebut reseptor cannabinoid pada neuron di area otak dan mengaktifkannya, mengganggu berbagai fungsi mental dan fisik dan menyebabkan efek yang dijelaskan sebelumnya.
– THC juga mengganggu fungsi otak kecil dan ganglia basalis—area otak yang mengatur keseimbangan, postur, koordinasi, dan waktu reaksi. Inilah alasan mengapa orang yang mengggunakan ganja mungkin tidak dapat mengemudi dengan aman dan mengalami masalah dalam berolahraga ataupun saat melakukan aktivitas fisik lainnya.
– Ganja sering ditemukan dalam darah pengemudi yang terlibat dalam kecelakaan kendaraan, termasuk kecelakaan yang fatal.
– Gangguan penggunaan ganja sering dikaitkan dengan ketergantungan/kecanduan—di mana seseorang merasakan gejala putus obat saat tidak mengkonsumsinya. Orang yang sering menggunakan ganja kerap melaporkan iritabilitas—perasaan frustrasi atau marah—kesulitan tidur, nafsu makan berkurang, mengidam, gelisah, serta berbagai bentuk ketidaknyamanan fisik yang memuncak dalam minggu pertama setelah berhenti dan bertahan hingga 2 minggu.
(S. Maduprojo, Bahan rujukan: Cannabis (Marijuana) Research Report, National Institute on Drug Abuse)