25 November 2024
Melawan takut. (Ilustrasi: Asep Herna and Ideogram)

Melawan takut. (Ilustrasi: Asep Herna and Ideogram)

Bagaimana Anda memandang rasa sedih? Apakah ia sesuatu yang menyiksa Anda? Apakah ia musuh Anda? Apakah ia teman, yang kadang Anda merindukannya?

Saya sangat menyukai puisi “Kepada: Sedih” karya Zalfaa Daughtervy, yang termuat dalam antologi Kota dan Depresi (2023). Berkali-kali saya membacanya, berkali-kali pula saya mengalami katarsis, semacam pelepasan emosi negatif yang menjejakkan rasa lega. Itu sebabnya, saya menyebut puisi Zalfaa sebagai “poetherapy”, yaitu puisi-puisi yang bermuatan unsur therapeutic.

Puitik dan Gaib

Pilihan kata di puisi ini sederhana, tapi ketika diruntutkan dengan kata lain di sisinya, jadi memiliki efek puitik yang unik, karena keluar dari pola biasa. Puisi “Kepada: Sedih” ini bukan hanya menawarkan kesegaran baru dalam gaya ucap, tapi memiliki makna gaib untuk menetralisir rasa sedih menjauh.

Sedih, oleh penulis, diberi sifat manusiawi untuk “menepi”, “berlari lebih jauh”, dan “berlibur lebih lama”. Menghadapi Sedih, penulis tidak mengusirnya secara frontal, tapi mengajaknya untuk berdamai.

“…menepilah barang sesaat lagi/ barang sepuluh tahun lagi/ barang seratus tahun lagi/ sampai kuatku cukup/ sampai punggungku lurus/ sampai hatiku merekah tanpa marah/ sampai baikku mendunia lebih lama”

Berdiplomasi dengan Sedih

Lagi-lagi, teknik personifikasi atas rasa Sedih, menjadi bentuk damai dan penghormatan penulis pada perasaan tersebut, bahwa Sedih memiliki otonomi untuk datang, juga untuk pergi. Penulis begitu sadar bahwa Sedih punya kebebasannya sendiri. Maka penulis lebih memilih mengajaknya berunding, berdamai dan berdiplomasi, untuk sesaat saja menepi.

Dan bayangkan, kata “sesaat” dalam konteks puisi ini, dengan jenius penulis beri bingkai waktu tak terhingga: Bisa berpuluh atau beratus tahun lamanya, sampai ia cukup merasa kuat menerimanya. Inilah kunci dari elemen therapeutic dalam puisi tersebut.

Kota dan Depresi sendiri adalah antologi puisi kedua Zalfaa. Sebelumnya, ia telah menerbitkan antologi puisi yang berjudul Hilang (2018). Di kedua buku ini, Zalfaa tampak lebih menyukai tema-tema dunia “psikososial” sebagai inspirasinya. Tema yang memang sedang menjadi isu paling dekat dengan anak-anak generasi zillenials ke sini. Puisi “Kepada: Sedih” salah satu puisi yang kental mewakili tema ini.

Berikut puisi utuh “Kepada: Sedih” yang saya kutip dari buku terbitan Ellunar Publisher ini:

Kepada: Sedih

–Zalfaa Daughtervy

sedih menepilah

berlarilah lebih jauh

berliburlah lebih lama

bukan, bukan

aku bukan memintamu

untuk sepenuhnya

melupakanku

sebab aku tahu

kamu tidak akan bisa

begitupun aku

tidak mungkin bisa

tetapi menepilah

barang sesaat lagi

barang sepuluh tahun lagi

barang seratus tahun lagi

sampai kuatku cukup

sampai punggungku lurus

sampai hatiku merekah tanpa marah

sampai baikku mendunia lebih lama

Puisi “Kepada: Sedih” karya Zalfaa Daughtervy, sebuah bentuk pernyataan diri dan diplomasi kepada perasaan yang menderanya.

***

(Asep Herna, Founder The Writers; Pengembang Hypnowriting)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *