20 May 2024

Ilustrasi: Freepik

Ada semacam adagium yang menyatakan, kalau Anda ingin “terkenal” dan “dikagumi”, jadilah manusia sejahat-jahatnya, atau baik sebaik-baiknya.

Kisah-kisah Anda yang heroik, dalam arti positif ataupun negatif, akan menjadi bahan cerita turun-temurun. Tentu saja hal itu bisa diperdebatkan.

Kisah seorang penjahat, misalnya. Di Indonesia, sebut saja nama Kusni Kasdut atau Jhony Indo. Kusni Kasdut adalah bekas pejuang kemerdekaan Republik Indonesia yang akhirnya menjadi bromocorah. Namanya dikenal karena melakukan perampokan 11 permata di Museum Gajah pada 31 Mei 1961. Sementara itu, Jhony Indo berprofesi sebagai foto model dan bintang iklan, tapi merampok toko emas pada 1979 bersama kelompoknya, Pachinko. Si “Robin Hood” Indonesia itu menggemparkan publik ketika kabur dari penjara Nusakambangan. Sampai-sampai kisahnya difilmkan.

Di luar negeri, banyak kisah para penjahat yang nama dan kelakuannya bikin geleng-geleng kepala. Banyak yang membenci, menghujat, atau malah mengagumi kegilaan mereka. Sejumlah nama pun melegenda. Inilah beberapa penjahat atau tokoh kriminal dunia pilihan CK.


Leonid Efimovich Minin, 1947

– Lahir di Ukraina, nama Leonid Minin terkenal sebagai pedagang senjata dan narkoba internasional. Ia menjual senjata-senjata berbahaya kepada “orang-orang berbahaya” yang memicu perang. Salah satu kliennya adalah Charles Taylor, bekas Presiden Liberia yang kontroversial, serta beberapa kelompok revolusioner di Afrika Barat. Minin juga dikenal lekat dengan obat-obatan terlarang, alkohol, dan wanita malam. Pada 4 Agustus 2000, di kamar nomor 341 Europa Hotel di Cinisello Balsamo, sebuah kota kecil di luar Milan, Italia, yang dimilikinya, “Mafia Odessa” ini ditangkap ketika sedang berpesta pora menggunakan kokain bersama kuartet orang Rusia, Albania, Italia, dan pelacur Kenya. Berlian bernilai sekitar setengah juta dolar AS juga ditemukan ketika penggerebekan itu.

Charles Ponzi, 1882-1949

– Kenal dengan istilah “skema Ponzi” dalam kasus penipuan kerah putih? Inilah pewarisnya: Charles Ponzi. Menganggap dirinya sebagai pengusaha, Ponzi menipu jutaan dolar dari “investornya”. Skema Ponzi adalah modus investasi palsu yang membayarkan keuntungan kepada investor bukan berasal dari keuntungan kegiatan operasional perusahaan, melainkan dari investor selanjutnya yang dilakukan dengan cara merekrut anggota baru.

Ponzi bukanlah orang pertama yang menipu semacam ini. Skema sebelumnya dilaporkan terjadi pada abad ke-19. Metode ini didramatisasi oleh novelis Charles Dickens dalam dua karyanya, Martin Chuzzlewit (1844) dan Little Dorrit (1857).

Skema awal Charles Ponzi yang dibuat pada 1919 berfokus pada layanan pos AS dan surat internasional. Dia menerima korespondensi dari seseorang di Spanyol dengan prangko internasional prabayar. Kupon balasan ongkos kirim internasional ini dapat ditukarkan di AS dengan ongkos kirim untuk mengirim balasan kembali ke Spanyol. Itu ide awal Ponzi, sebelum akhirnya ia mengumpulkan uang dari para investor. Ponzi ditangkap pada Agustus 1920, dipenjara, lalu dideportasi ke negara asalnya, Italia.

Jesse James, 1847-1882

– Inilah salah satu tokoh paling legendaris di American Old West—masa perluasan wilayah permukiman di Amerika dari awal abad ke-17. Jesse James adalah seorang perampok kereta api yang terkenal kejam. Namanya disejajarkan dengan penjahat legendaris Amerika lainnya, Billy the Kid. Dia beserta anggota geng James-Younger lainnya tidak segan-segan membunuh siapa pun yang menghalangi mereka. Sepanjang “kariernya” bersama gengnya, bandit berjulukan “Dingus” ini diyakini telah mencuri sekitar US$ 200.000, tapi tetap dikagumi di negara bagian asal mereka, Missouri. Hal itu karena James mendukung Konfederasi selama Perang Saudara Amerika. Status James sebagai pahlawan rakyat diperkuat ketika ia dibunuh sesama anggota geng, Robert Ford, yang menembaknya dari belakang. Ford nekat membunuh James karena tergiur imbalan US$ 10.000 yang akan diberikan oleh Gubernur Missouri bagi siapa pun yang bisa menangkap James, hidup atau mati.

Amado Carrillo Fuentes, 1956-1997

– Sepertinya, tidak ada yang bisa menjatuhkan “El Senor de Los Cielos” atau “Penguasa Langit” ini. Amado Carrillo Fuentes adalah pemimpin Kartel Juarez Meksiko, setelah ia membunuh bos kelompok tersebut sebelumnya, Rafael Aguilar Guajardo. Fuentes dijuluki penguasa langit karena banyaknya armada pesawat jet pribadi—konon jumlahnya sekitar 60 unit, termasuk jenis Boeing—yang dia miliki untuk mengangkut kokain ke seluruh dunia. Dia juga salah satu penjahat terkaya dalam sejarah, dengan kekayaan bersih diperkirakan lebih dari US$ 25 miliar. Pada akhir dekade 1980-an dan awal 1990-an, Amado bekerja dengan para gangster lainnya, seperti pamannya Ernesto “Don Neto” Fonseca Carrillo, Miguel Angel Felix Gallardo,Pablo Escobar, dan Joaquin “El Chapo” Guzman. Fuentes meninggal pada 1997 karena komplikasi selama operasi plastik yang dia lakukan. Fuentes melakukan operasi plastik untuk membuat identitas baru dan mengelabui petugas kepolisian. Hingga sekarang, kabar kematian Fuentes masih menjadi teka-teki. Apalagi polisi menemukan dokter-dokter dan ahli bedah yang menangani Fuentes mati secara mengenaskan di drum-drum dalam sebuah kontainer, tak lama setelah kabar kematian Fuentes.


BACA JUGA: Bila Negara Dikuasai Gangster


James “Whitey” Bulger, 1929-2018

– Lahir di Boston, Massachusetts, Amerika Serikat, James Bulger muda dikenal sebagai pemuda yang “tidak pernah berbuat baik”. Ia suka mencuri dan berkelahi. Dijuluki “Whitey” oleh kepolisian setempat karena rambutnya yang pirang terang, Bulger menjadi bos “Winter Hill Gang” di Boston. Bersama gengnya, dia melakukan berbagai kejahatan, dari pemerasan hingga perdagangan senjata. Pada 1994, Bulger bersembunyi dan menjadi buron. Ia baru ditangkap pada 2011, di usia 81 tahun. Pada Agustus 2013, Bulger dinyatakan bersalah atas 11 dakwaan pembunuhan, selain sejumlah dakwaan pidana lainnya. Dia dijatuhi vonis penjara seumur hidup ditambah 5 tahun penjara. Pada Oktober 2018, Bulger ditemukan meninggal secara mengenaskan karena dipukuli oleh sesama narapidana di penjara, di usia 89 tahun.

John Dillinger, 1903-1934

– John Dillinger adalah seorang perampok bank di era Great Depression pada awal 1930-an. Ia telah merampok setidaknya 24 bank, menyerang kantor polisi, dan membunuh petugas. Dua kali Dillinger kabur dari bui. Publik kala itu menganggapnya sebagai “Musuh Masyarakat No. 1”. Meski begitu, ia lebih suka melakukan aksinya bak Robin Hood karena sering membagi-bagi hasil rampokannya ke masyarakat. Karena itu, banyak orang yang berduka ketika dia ditembak dan dibunuh di luar bioskop pada 1934.

Pablo Escobar, 1949-1993

– Escobar mempunyai banyak jabatan di Kartel Medellin, sebuah organisasi perdagangan narkoba yang berbasis di Medellín, Kolombia. Kartel ini kemudian menjadi salah satu kelompok kriminal paling kuat dan berpengaruh dalam sejarah. Kerajaan narkoba Escobar yang sangat besar membuatnya tidak hanya menjadi salah satu orang paling berkuasa di negara asalnya. Tapi juga salah satu orang terkaya di dunia, menurut majalah Forbes. Kartel ini mendominasi perdagangan kokain global, mengendalikan lebih dari 80 persen kokain yang dikirim ke Amerika.

Karismatik dan kejam. Begitu kalimat pendek untuk menggambarkan Escobar. Ia mampu mempertahankan kekayaannya berkat sikap pragmatisnya yang sadis. Tak segan ia menyuap, menghantam, atau mengebom siapa pun yang menghalangi jalannya. Riwayat Escobar berakhir pada 1993, ketika dia ditembak saat pengejaran di atap. Seperti kisah John Dillinger, bagi masyarakat Medellin khususnya, meski banyak yang mengecam karena kejahatannya yang keji, Escobar adalah seorang Robin Hood. Di tempat itu ia dianggap memberikan fasilitas kepada masyarakat miskin, yang tidak diberikan oleh pemerintah Kolombia. Pemakamannya setidaknya dihadiri lebih dari 25 ribu orang, dan ingatan akan Escobar masih tergiang hingga sekarang.


Al Capone, 1899-1947

– Inilah salah satu gangster paling dikenang sepanjang masa. Namanya diabadikan dalam film seperti Scarface dan The Untouchables. Capone adalah salah satu pendiri dan bos sindikat kejahatan terorganisasi Italia-Amerika yang dikenal sebagai Chicago Outfit. Sosoknya juga digambarkan oleh beberapa orang sebagai Robin Hood karena gemar menyumbangkan sebagian uangnya, dari aktivitas ilegal hingga amal. Dia juga menonjol dibanding gangster. Dia kerap hadir di hadapan publik, mengobrol dengan wartawan, atau menggelar pesta besar sambil berpartisipasi dalam kegiatan ilegal.

Lahir di Brooklyn, sejak remaja dia sudah menjadi anggota “Five Points Gang”. Pada 1917, gangster Frank Gallucio menghunuskan pisau ke wajah Capone di sebuah bar. Sebelumnya, Capone melontarkan komentar kasar kepada saudara perempuan Gallucio. Julukan “Scarface” pun lahir, dan Capone kemudian menjadikan penyerangnya itu sebagai pengawalnya. Sejak itulah namanya terkenal, terutama setelah ia pindah ke Chicago. Pembantaian Hari Santo Valentine pada 1929 digambarkan  oleh FBI sebagai “puncak kekerasan era geng Chicago”. Tujuh anggota atau rekan gerombolan “Bugs” Moran ditembak dengan senapan mesin ke dinding garasi oleh pesaingnya yang menyamar sebagai polisi. Capone ada di belakang peristiwa itu. Ironisnya, ia tidak dihukum atas kejahatannya itu. Ia diadili hanya dengan tuduhan “penghindaran pajak”. Capone menjalani kehidupan selanjutnya di Lembaga Pemasyarakatan Federal Alcatraz yang terkenal kejam di lepas pantai San Francisco. Ia dibebaskan pada 1939, ketika kemampuan mentalnya merosot tajam. Al Capone meninggal pada 1947 karena serangan jantung setelah stroke pada usia 48 tahun.

(S. Maduprojo, diolah dari berbagai sumber)


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *