Peristiwa ini terjadi ketika bulan melintas di antara matahari dan bumi. Akibatnya, seluruh permukaan matahari tertutupi. Langit pun menjadi gelap seperti fajar ataupun senja.
Bagi beberapa peradaban kuno, gerhana matahari atau bulan berarti kematian. Tapi, bagi sebagian yang lain, itu adalah kemuliaan. Dari sinilah lahir mitos-mitos di sekitar peristiwa gerhana. Contoh, bayi bisa lahir dengan bibir sumbing jika ibunya tidak menutupi perutnya dengan kain saat terjadi gerhana. Atau, wanita hamil bisa kehilangan calon bayinya jika ia keluar rumah saat terjadi gerhana. Mitos lain, jika seseorang memiliki kutil di kulitnya dan seseorang meniupnya searah dengan jalur gerhana, kutil tersebut akan hilang.
Saya masih mengingat kejadian waktu saya kecil di sebuah kampung di Jawa Tengah. Ketika terjadi gerhana matahari total pada siang hari, kakek, nenek, ibu saya, serta anggota keluarga lainnya rame-rame menabuh tampah dan sejenisnya dan tidak membolehkan kami keluar rumah. Katanya, bunyi-bunyian itu untuk mengusir bala atau marabahaya yang sedang turun ke bumi.
Pemahaman Keajaiban Kosmis
Kimberly Breuer, profesor pengajaran di Departemen Sejarah di Universitas Texas di Arlington, mengutip situs web Dallasnews.com, mengungkapkan, di sebagian besar budaya, penjelasan tentang gerhana didasarkan pada kombinasi dari apa yang relevan di masyarakat dari sudut pandang ilmiah, agama, mitologi, dan politik. Peradaban kuno seperti Maya, Inca, Cina, Romawi, dan Yunani adalah pionir dalam mencatat pemahaman keajaiban kosmis ini. “Semua masyarakat pramodern mengamati langit sehingga mereka menyadari siklus pertanian dan siklus ritual keagamaan berdasarkan pergerakan matahari, bulan, bintang, planet, dan langit,” kata Breuer.
Suku Maya mulai merekam pergerakan langit sejak dini dan dapat memprediksi gerhana matahari. Bahkan, dulu, bangsa Maya sudah mengetahui bahwa gerhana terjadi karena bulan bergerak di depan matahari dan menimbulkan bayangan di bumi. Mereka masih mempunyai mitologi tentang hal itu. Bagi suku Maya, gerhana matahari menandakan perang atau kematian. Peradaban Tiongkok kuno juga meramalkan gerhana, tapi mitologi di baliknya adalah naga surgawi yang memakan matahari. Mereka akan menabuh genderang untuk mengusir naga tersebut.
Di sisi lain, dalam ajaran Islam, misalnya, disebutkan bahwa gerhana merupakan pertanda bagi manusia agar tunduk kepada kekuasaan Allah. Gerhana menjadi satu gambaran akan kemahakuasaan Allah.
Berikut ini sejumlah catatan, cerita, dan peristiwa seputar gerhana.
– Salah satu catatan paling awal tentang gerhana muncul dalam dokumen Tiongkok kuno Shu Ching (Buku Sejarah), yang menggambarkan suatu hari “matahari dan bulan tidak bertemu secara harmonis”. Sejarawan yakin hal itu merujuk pada gerhana matahari yang terjadi pada 22 Oktober 2134 SM. Legenda tersebut mengisahkan dua astronom kerajaan bernama Hsi dan Ho yang melalaikan tugasnya dan mabuk saat bekerja. Akibatnya, mereka gagal meramalkan kejadian tersebut dan dipenggal oleh kaisar.
– Pada 28 Mei 585 SM, gerhana matahari dikisahkan menginspirasi gencatan senjata antara kerajaan kuno Lydia dan Media. Menurut sejarawan Yunani kuno Herodotus, gerhana matahari total menyebabkan gencatan senjata tak terduga di antara kedua negara yang sedang bertikai itu saat mereka bertempur di dekat Sungai Halys—sekarang menjadi wilayah Turki tengah. Selama lima tahun, bangsa Lydia dan Media berjuang untuk menguasai Anatolia. Selama Pertempuran Halys, yang juga dikenal sebagai Pertempuran Gerhana, langit tiba-tiba berubah menjadi gelap saat matahari menghilang di balik bulan. Menafsirkan fenomena tersebut sebagai tanda bahwa para dewa ingin konflik diakhiri, para prajurit meletakkan senjatanya dan merundingkan gencatan senjata.
– Pada 27 Agustus 413 SM, gerhana bulan menyebabkan dominasi Athena terhenti. Pada puncak Perang Peloponnesia—pertarungan selama puluhan tahun antara Athena dan Sparta—tentara Athena mendapati diri mereka kalah dalam pertempuran melawan negara kota Syracuse di Sisilia (yang bersekutu dengan Sparta). Komandan Athena, Nicias, memerintahkan pasukannya mundur untuk sementara. Menurut catatan penulis dan filsuf Yunani Plutarch, saat pasukan bersiap untuk berlayar pulang, terjadi gerhana bulan. Hal itu mendorong Nicias, yang sangat percaya takhayul, menunda keberangkatan. Pasukan Syracus memanfaatkan penundaan ini untuk melancarkan serangan lain, mengalahkan pasukan Athena dan melemahkan benteng mereka di Mediterania. Kekalahan di Sisilia ini menandai berakhirnya dominasi Athena.
– Pada 29 Februari 1504, ada kisah gerhana bulan menyelamatkan Christopher Columbus dari kelaparan. Ceritanya, 12 tahun setelah pendaratannya di San Salvador, ibu kota El Salvador, Columbus sedang menjelajahi pantai Amerika Tengah ketika cacing kayu menyerang kapalnya, menyebabkan kebocoran dan memaksanya merapat darurat di Jamaika. Dia dan krunya menghabiskan lebih dari satu tahun di sana menunggu bantuan. Penduduk asli pulau itu awalnya menyambut baik orang-orang Spanyol tersebut, menawarkan mereka makanan dan tempat tinggal. Tapi mereka kemudian menyetop pemberian itu karena rombongan Columbus enggan memberi imbalan dan beberapa awak kapal mereka mulai ketahuan mencuri.
Menurut penuturan putra Columbus, Ferdinand, ayahnya lantas membaca almanak tentang gerhana bulan total yang akan muncul. Columbus lalu memberi tahu orang-orang Jamaika bahwa para dewa tidak senang kepada mereka karena berhenti memberi bantuan. Kata Columbus, dewa akan marah dan mengubah warna bulan menjadi merah darah. Gerhana pun terjadi sesuai dengan jadwal. Orang-orang Jamaika pun ketakutan dan berjanji akan melanjutkan pemberian makanan kepada Columbus dan krunya.
BACA JUGA: 10 Fakta Agatha Christie yang Perlu Kamu Tahu
– Pada 7 Agustus 1869, George Davidson, seorang astronom dan penjelajah terkemuka, melakukan survei dan ekspedisi ke Lembah Chilkat di Alaska—saat itu belum dipetakan. Dia diperingatkan bahwa suku Indian Chilkat setempat marah karena provokasi Amerika dan mungkin akan menyambutnya dengan senjata atau tombak. Dalam pertemuan awal yang menegangkan pada 6 Agustus, Davidson menjelaskan bahwa dia datang murni karena alasan ilmiah. Dia mengatakan sangat ingin mengamati gerhana matahari total keesokan harinya. Tidak diketahui apa pendapat suku Indian Chilkat tentang gerhana atau prediksi Davidson itu. Tapi, yang jelas, setelah kejadian tersebut, Davidson dapat melanjutkan eksplorasi.
– Pada 29 Mei 1919, dalam upaya menguji teori relativitas umum Albert Einstein, para ilmuwan Inggris yang dipimpin oleh fisikawan Sir Arthur Eddington memanfaatkan gerhana matahari total. Selama terjadi gerhana, lebih banyak bintang terlihat di dekat matahari. Pengukuran yang dilakukan tim selama gerhana memastikan bahwa cahaya bintang membelok mengelilingi matahari. Ini adalah konfirmasi awal teori Einstein bahwa benda-benda besar membengkokkan struktur ruang-waktu dan distorsi tersebut bermanifestasi sebagai gravitasi.
(S. Maduprojo, bahan rujukan History.com dan sumber lainnya)