14 October 2024
10 Fakta Agatha Christie yang Perlu Kamu Tahu

Patung Agatha Christie di London; Foto: Agathachristie.com

Dame Agatha Mary Clarissa Christie telah menghasilkan 66 novel detektif dan sekitar 157 cerita pendek yang diterbitkan dalam 14 koleksi cerpen.

Wikipedia mencatat ia telah menulis 153 cerita pendek yang diterbitkan dalam 14 koleksi di Inggris dan Amerika. Beberapa cerita diterbitkan dengan nama berbeda. Ia juga menulis drama terlama di dunia, The Mousetrap. Hampir tidak pernah sekolah formal, ayahnya yang tukang foya-foya, mulai menulis novel detektif karena tantangan adiknya, sempat menghilang dan membuat heboh, inilah 10 fakta menarik dari Agatha Christie yang perlu kamu ketahui.  

1. Novelis Terlaris Sepanjang Masa

– Populer di seluruh dunia, buku-buku Agatha Christie diterjemahkan ke berbagai bahasa dan terjual sekitar 2 miliar eksemplar (dan jumlah ini akan terus bertambah). Hal itu menempatkan karya-karya Christie di urutan ketiga dalam daftar buku terlaris sepanjang masa setelah William Shakespeare dan Alkitab (Bible)!

2. Hampir Tak Pernah Belajar Formal

– Christie lahir pada 1890 di Torquay, sebuah kota resor tepi laut di barat daya Inggris. Berbeda dengan kedua kakaknya, yang bersekolah di sekolah berasrama, Christie belajar secara eksklusif di rumah. Ia pun jarang bertemu dengan anak-anak seusianya. Waktu bermainnya dihabiskan bersama hewan peliharaan, teman khayalan, dan pelayan keluarganya. Tapi dia merasa tidak kesepian dan menggambarkan masa kecilnya sebagai “sangat bahagia” dalam paragraf pembuka otobiografinya. Akhirnya, pada usia 13 tahun, Christie bersekolah di sekolah perempuan setempat, dua kali seminggu. Dia kemudian belajar musik di Paris dan menulis secara otodidak.

3. Ayahnya Ternyata Demen Hura-hura

– Hidup dari warisannya, ayah Christie, Frederick, menghabiskan hari-harinya dengan bermain kartu di klub kapal pesiar dan makan malam mewah. Frederick pun akhirnya mengalami kesulitan keuangan sesaat sebelum kematiannya pada 1901. ”Dia orang yang malas, berpikir sederhana, tapi penuh kasih,” tulis Christie. “Ayah tidak akan pandai bekerja.” Ibunya, Clara, sebaliknya, menulis puisi dan berjuang menemukan jati dirinya secara spiritual. Ia mencoba-coba mempelajari Zoroastrianisme—prinsip dualisme yang mempercayai adanya kekuatan kebaikan dan kejahatan—agama Katolik, Unitarianisme (keekatunggalan dalam keyakinan Protestan, yang percaya bahwa Allah itu tunggal), dan agama-agama lainnya.

4. Mulai Menulis Cerita Misteri karena Ditantang Adiknya

– Pada usia 11 tahun, Christie menerbitkan karya pertamanya, sebuah puisi tentang trem listrik yang muncul di surat kabar berbahasa Inggris. Saat remaja, ia membuat beberapa puisi di The Poetry Review, sekaligus menggarap cerita pendek yang pada saat itu gagal menarik minat penerbit. Ia belum menulis novel detektif hingga Perang Dunia I, setelah saudara perempuannya bertaruh bahwa dia tidak bisa menulis novel yang bagus. Mulailah Christie membuat The Mysterious Affair at Styles. Ceritanya tentang pensiunan polisi Belgia, Hercule Poirot, yang memecahkan misteri pembunuhan seorang janda kaya. Naskah itu akhirnya diambil oleh penerbit dengan syarat dia mesti mengubah bagian akhirnya. Sejak saat itu, novel detektif mendominasi kariernya.

BACA JUGA: Tragedi di Balik Lagu

5. Menciptakan Dua Detektif Fiksi Paling Terkenal di Dunia

– Detektif bermata tajam melimpah dalam literatur, mulai dari Sherlock Holmes, Philip Marlowe, hingga Encyclopedia Brown dan Nancy Drew. Namun Christie adalah satu-satunya penulis kriminal yang menciptakan dua tokoh protagonis yang sama terkenalnya: Hercule Poirot dan Miss Jane Marple. Poirot muncul dalam 33 novel Christie dan lebih dari 50 cerita pendeknya. Saking terkenalnya, Poirot menjadi satu-satunya karakter fiksi yang pernah diberitakan kematiannya di New York Times melalui artikel berjudul “Hercule Poirot Is Dead; Famed Belgian Detective” yang terbit pada 6 Agustus 1975. Sedangkan Marple muncul dalam 12 novel Christie dan 20 cerita pendeknya. Karakter detektif ciptaan Christie lainnya yang kurang terkenal adalah pasangan petualang Tommy dan Tuppence Beresford, pensiunan pegawai negeri Parker Pyne, dan Harley Quin yang misterius.

6. Kepala Pelayan Tidak Pernah Membunuh

– Bertentangan dengan klise fiksi misteri, tokoh kepala pelayan tidak pernah membunuh siapa pun dalam buku Christie (meskipun seorang pembunuh menyamar sebagai kepala pelayan untuk mendekati korbannya). Sebaliknya, tokoh dokter melakukan pembunuhan setidaknya dalam empat buku Christie. Adapun politisi, sekretaris, aktor, ibu rumah tangga, anggota militer, guru, dan polisi melakukan pembunuhan setidaknya dua kali dalam karya-karyanya. Dalam naskahnya, para korban seringkali diracuni, yang dipelajari Christie saat bekerja sebagai apoteker selama Perang Dunia I.

7. Perjalanan Terus-menerus Membantunya Mendapatkan Ide


– Sebagian besar buku Christie berlatar belakang di Inggris. Tapi dia juga mampu menulis dengan meyakinkan tentang lokasi lain dengan melihatnya secara langsung. Saat tumbuh dewasa, dia menghabiskan waktu berbulan-bulan di Prancis dan Mesir, kemudian berkeliling dunia dalam ekspedisi mempromosikan Kerajaan Inggris. Christie kemudian bertemu dengan suami keduanya, seorang arkeolog yang 14 tahun lebih muda darinya, di sebuah lokasi penggalian di Irak. Setelah itu, Christie sering kembali ke Timur Tengah, dan lahirlah buku-buku seperti Murder on the Orient Express dan They Came to Baghdad. Dia menulis A Caribbean Mystery setelah mengunjungi St. Lucia dan mencari ide di Kepulauan Canary setelah berlibur di sana. Sementara itu, di Inggris, dia terus bolak-balik antara London dan berbagai rumah di perdesaan.

8. Dituduh Anti-Semitisme

– Karya-karya Christie penuh dengan referensi yang dinilai merendahkan masyarakat kulit hitam, Asia, Italia, penduduk asli Amerika, dan Arab. Orang-orang Yahudi juga tak luput dari “olok-oloknya”. Christie umumnya menggambarkan mereka sebagai orang yang berhidung bengkok dan suka mencari uang. Pada satu titik, Liga Anti-Pencemaran Nama Baik menulis surat yang menolak sikap anti-Semitismenya. Meskipun surat itu dilaporkan tidak pernah diperlihatkan kepadanya, hal ini mendorong agennya untuk mengizinkan penerbitnya di AS menghapus bagian-bagian yang tidak menyenangkan tentang orang Yahudi dan Katolik. Para pembela Christie membantah tuduhan rasisme, mengklaim bahwa, meskipun beberapa karakternya menggunakan julukan-julukan rasial, karakter-karakter tersebut cenderung digambarkan secara negatif secara keseluruhan.

9. Membuat Heboh karena Menghilang

– Terguncang oleh kematian ibu tercintanya dan kenyataan bahwa suami pertamanya tidak setia, Christie melepas cincin kawinnya, meninggalkan putrinya untuk dirawat pembantu rumah tangganya. Ia pergi pada malam hari pada 3 Desember 1926. Keesokan harinya, mobilnya ditemukan ditinggalkan beberapa mil jauhnya. Ribuan polisi dan sukarelawan mencari keberadaan Christie. Meskipun penyelam, anjing pelacak, bahkan pesawat terbang dikerahkan, tidak ada jejak novelis kriminal yang hilang tersebut ditemukan. Pers pun heboh oleh cerita tersebut. Salah satunya menawarkan hadiah 100 pound sterling untuk informasi tentang keberadaannya. Akhirnya, 11 hari setelah meninggalkan rumah, Christie dikenali di sebuah hotel spa di Inggris utara. Dia check in menggunakan nama keluarga simpanan suaminya. Christie mengaku hampir tidak ingat atas seluruh kejadian tersebut alias mengalami amnesia.

10. Kerap Memakai Nama Samaran

– Christie menerbitkan fiksi detektif, drama, dan memoarnya atas namanya sendiri. Namun dia juga menulis enam novel romantis—yang membuat penerbitnya kecewa karena berharap Christie tetap menulis cerita kriminal—dengan nama pena Mary Westmacott (Mary adalah nama keduanya dan Westmacott adalah nama keluarga beberapa kerabat jauhnya). Selama hampir dua dekade, masyarakat tidak tahu bahwa Christie dan Westmacott adalah satu dan sama. Namun seorang kolumnis surat kabar akhirnya membongkar penyamarannya. Dalam otobiografinya, Christie menyebut novel romantis Absent in the Spring sebagai “satu buku yang benar-benar memuaskan saya” dan mengatakan dia menulisnya hanya “dalam waktu tiga hari”.

(S. Maduprojo, bahan rujukan History.com, Agathachristie.com, dan sumber lainnya)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *