27 July 2024

Foto: S. Maduprojo

Kenapa mesti kompleks? Toh, orang tahu yang dimaksud…

Ini memang terlihat “remeh-temeh”. Banyak orang yang menuliskan “komplek” untuk mengacu pada arti himpunan kesatuan; kelompok. Misalnya, komplek perumahan rakyat. Juga untuk hal-hal yang “mengandung beberapa unsur yang pelik, rumit, sulit, dan saling berhubungan”. Misalnya, “Masalahnya terlalu komplek.” Dan, orang pun memang paham atas apa yang dimaksudkan.

Lantas, apa masalahnya? Bentukan komplek memang mesti diakui hidup dan dipakai di masyarakat. Tapi, yang perlu dipahami, “varian” tersebut tidaklah tepat. Ya, semestinya yang tepat adalah kompleks. Ada “s” yang tidak bisa lepas dari kata “komplek”. Dasarnya apa, ya?

Mungkin sudah banyak yang tahu, tapi saya yakin ada banyak orang yang enggak ngeh dengan kaidah bahasa Indonesia yang satu ini. Dalam Ejaan yang Disempurnakan (EYD), ada satu kaidah atau aturan untuk serapan umum, yakni “huruf x pada tengah kata atau akhir suku kata menjadi ks”. Contohnya, executive menjadi eksekutif, taxi menjadi taksi, latex menjadi lateks, maximal menjadi maksimal, dan complex ya seharusnya menjadi kompleks. Contoh lain adalah serapan box menjadi boks, dan yang terbaru hoax menjadi hoaks.

BACA JUGA: ANTARKtika, ya, Bukan ANTARtika

Nah, kalau kita taat aturan alias patuh pada kaidah, mulai sekarang jangan ragu untuk memakai kata kompleks alih-alih komplek. Setuju?

(S. Maduprojo)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *