Eh, jangan salah sangka dulu. Ternyata KDRT yang dimaksud Om Budiman Hakim ini adalah Kemesraan dalam Rumah Tangga. Ini menjadi gagasan sekaligus buku yang baru saja ditetaskan oleh Penerbit Buku KOMPAS dengan judul sama, KDRT: Kemesraan dalam Rumah Tangga.
Gerakan Satu Keluarga Satu Buku
Penerbitan buku ini diawali oleh keprihatinan Om Budiman Hakim akan budaya literasi di negeri kita. Dari total penduduk yang hingga saat ini mencapai 275 juta jiwa, jumlah penulisnya kurang dari 200 ribu orang. “Coba bandingkan, persentase jumlah penduduk dan jumlah penulisnya jomplang sekali, kan?” kata Om Budiman Hakim, di momen diskusi dan peluncuran buku KDRT tersebut, Minggu, 19 November 2023. Diskusi dan peluncuran buku ini diselenggarakan via Zoom, dan dipandu dengat hangat oleh Ida Sylviana, pegiat Komunitas The Writers.
Om Budiman Hakim merasa penyebabnya adalah budaya menulis yang rendah sekali. Oleh karena itu, budaya menulislah yang terlebih dahulu harus digalakkan. Ia berpikir, bahwa tradisi ini sangat bisa dimulai dari keluarga. Seandainya di keluarga kita sudah terbiasa dengan tradisi membuat Album Foto Keluarga, katanya, mengapa hal ini tidak dijadikan pijakan untuk membuat Album Cerita Keluarga. Bayangkan, bila setiap keluarga membuat satu Album Cerita Keluarga yang dibukukan, berapa juta buku yang bisa terbit di Indonesia? “Karena itu, saya mencetuskan Gerakan Satu Keluarga Satu Buku, dan saya awali sendiri dengan saya membuat buku KDRT ini,” papar Om Budiman Hakim.
Asep Herna, pembahas di acara diskusi dan peluncuran buku ini, sangat mendukung gagasan Om Budiman Hakim. Menurutnya, gerakan ini menjadi sebuah cara yang merevolusi tak hanya mental melek literasi, tapi juga sarat dengan nilai-nilai kehidupan. Hal ini, kata Asep, bisa dipetakan dari, setidaknya ada 5 manfaat yang terdapat dalam buku KDRT.
Baca Juga: Dari Mana Bahasa Berasal?
Mengabadikan Momen, Mewariskan Nilai
Pertama, buku ini, juga gerakan ini, menjadi medium untuk mengabadikan momen-momen baik dalam keluarga. Sama seperti kata Om Budiman Hakim, bahwa fungsinya melebihi dari sekadar fungsi album foto keluarga. Melalui buku Album Cerita Keluarga, momen istimewa bisa terabadikan dengan detail, termasuk deskripsi emosi yang tak bisa ditangkap oleh kamera.
Kedua, album cerita keluarga ini mampu mendokumentasikan dan mewariskan nilai-nilai baik keluarga, yang kelak pasti dibaca oleh anak, cucu, cicit bahkan generasi jauh di masa depannya. Buku KDRT sendiri sarat dengan nilai, misal tentang nilai perkawinan yang dimunculkan lewat sosok seorang Ibu. Keteguhan nasionalisme yang kuat dan digambarkan oleh karakter Ayah dari tokoh akuan di buku ini. Begitu juga tentang nilai persahabatan, nilai persaudaraan, yang keseluruhannya dikemas dengan sangat kreatif, penuh humor dan kejutan gaya khas Om Budiman Hakim.
Merekatkan Hubungan Emosi Keluarga
Manfaat ketiga, album cerita keluarga, seperti buku KDRT ini, sangat kuat menjadi perekat ikatan keluarga. Momen-momen spesial yang muncul di tiap tulisan, adalah momen yang penuh dengan muatan emosi antar-anggota keluarga. Ketika hal ini diabadikan dalam buku, yang kapan pun bisa dibaca ulang, maka emosi dari momen tersebut kembali hadir dan membaharui daya rekat masing-masing anggota keluarga tadi. Bahasa kerennya, emotional bonding antar-anggota keluarga semakin kuat.
Baca Juga: Kolaborasi Irasional dengan Para Milenial
Manfaat keempat, buku ini menjadi media komunikasi yang menyambungkan rasa penulisnya. Om Budiman Hakim mengatakan, bahwa orang Indonesia tidak terbiasa dengan mengekspresikan perasaannya secara verbal, langsung pada orang lain. Maka lewat tulisan, ekspresi cinta, rasa kagum, kritik, termasuk nasihat, bisa mengalir dengan baik. Anggota keluarga yang satu menjadi tahu perasaan anggota keluarga yang lainnya.
Lalu manfaat kelima adalah, menularkan tradisi menulis menjadi semakin kuat dan luas lagi. Jika ini dilakukan oleh salah satu member keluarga, maka member yang lain akan tertantang untuk melakukan hal yang sama. Dan ini akan menjadi tradisi yang turun-temurun, dari satu generasi ke generasi lainnya. “Tradisi menulis itu menular,” kata Chappy Hakim, penulis 40 buku lebih, yang juga kakak kandung Om Budiman Hakim.
Untuk Melihat Dunia, Bacalah Buku. Untuk Dilihat Dunia, Tulislah Buku
Jenderal purnawirawan bintang empat ini pun sangat mendukung gerakan Satu keluarga Satu Buku tersebut. Ia sadar betul akan kekuatan buku. “Seperti pepatah terkenal bilang, kalau kita ingin melihat dunia, maka bacalah buku. Dan kalau kita ingin dilihat oleh dunia, maka tulislah buku,” lanjutnya.
Mulai sekarang, mari menulis buku. Targetkan Satu Keluarga Satu Buku. “Peradaban sebuah bangsa dapat dilihat dari seberapa banyak buku yang diterbitkan oleh bangsa tersebut,” kata Om Budiman Hakim, menyitir kalimat seorang penulis besar bernama Fernando Baez.
Bila Anda sepaham, mari kita jalankan…
(Redaksi Catatankaki)