Pada pagi yang rindang, tetumbuhan menjelma ayat-ayat Tuhan.
Aku membacanya satu demi satu, dan menyebutnya sebagai kalam.
Bumi menguap, matahari sayu, dan cahaya pun masih redup.
Orang-orang yang terlelap, hanya sebentar saja bangun, sekadar untuk melanjutkan sisa-sisa persetubuhan semalam.
Kusapa semesta dengan hati yang dingin dan bening.
(Asep Herna)