Kalam

Pada pagi yang rindang, tetumbuhan menjelma ayat-ayat Tuhan.

Aku membacanya satu demi satu, dan menyebutnya sebagai kalam.

Bumi menguap, matahari sayu, dan cahaya pun masih redup.

Orang-orang yang terlelap, hanya sebentar saja bangun, sekadar untuk melanjutkan sisa-sisa persetubuhan semalam.

Kusapa semesta dengan hati yang dingin dan bening.

(Asep Herna)

By redaksi

Catatankaki merupakan situs online yang dengan renyah mengulas segala hal terkait kata, budaya, filsafat, komunikasi, dan isu-isu humaniora populer lainnya. Dengan mengusung tagline "Narasi Penuh Nutrisi", Catatankaki mengemas semuanya secara ringan tapi mendalam; lugas tapi bernas.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *