Kepada siapa kau harus percaya, Kawan, kalau bahkan perasaan-persaaanmu saja kausangsikan. Ada hati yang bergetar, ada jantung yang berdegup, ada napas yang berat.
Mungkin terlalu lelah kaumemilah, kepada siapa mesti menjatuhkan kasih sayang. Apakah kepada orang-orang yang sepaham. Apakah kepada orang-orang yang membutuhkan. Apakah kepada orang-orang yang seiman. Apakah kepada orang-orang yang setia menyalakan permusuhan. Apakah kepada orang-orang pinggiran. Apakah kepada orang-orang yang begitu sibuk bancakan.
Sekeliling kita sudah menjelma belukar liar. Huruf-huruf tersesat berdiri pada kata-kata yang pucat. Kelembutan jadi begitu menyakitkan. Keramahan penuh perhitungan. Dan kemarahan sudah begitu lancang karena berani-beraninya menyusup mengatasnamakan Tuhan.
Biarkan sejenak malam istirahat. Setelah ia begitu teliti membuatmu lelap. Biarkan teriakan-teriakan itu pudar setelah begitu sempurna membuatmu terkapar.
Dan kaupun hanya berdua dengan sepasang matamu, mendengarkan suara-suara yang tak pernah kaupahami sampai detik ini.
Kalau hurufmu masih tersesat, kau tak akan pernah menjelma kata.
(Asep Herna)