25 November 2024
Tiga Tradisi Unik Iduladha di Indonesia

Ilustrasi Idul Adha (Foto: Freepik)

Bagi umat  Islam, Iduladha merupakan hari besar keagamaan yang selalu dinanti-nantikan.

Waktu yang bertepatan dengan datangnya “musim haji” ini pun tak hanya identik dengan kegiatan penyembelihan hewan kurban. Ternyata, ada beragam tradisi unik saat perayaan Hari Raya Iduladha di beberapa daerah  di Indonesia. Yuk kita cari tahu…

Kaul Negeri dan Abda’u di Maluku Tengah

Ada banyak tradisi unik yang dilakukan dalam merayakan Iduladha. Satu di antaranya adalah tradisi masyarakat Tulehu, Maluku Tengah, yang melaksanakan tradisi Kaul dan Abda’u setelah salat Iduladha.

Tradisi ini merupakan acara adat yang dilakukan dengan cara menggendong tiga kambing dengan  menggunakan kain oleh para pemuka adat dan agama. Kambing yang digendong tersebut kemudian diarak mengelilingi desa, sambil diiringi alunan takbir dan salawat menuju masjid.

Kambing dan hewan kurban lainnya kemudian disembelih selepas asar dan ini merupakan kaul negeri untuk menolak bala dan permohonan perlindungan kepada Allah bagi Negeri Tulehu dan masyarakat setempat.

Perlu diketahui, tradisi tersebut sudah dilakukan sejak ratusan tahun silam setelah terbentuknya pemerintahan otonom yang bersyariat Islam, sekitar 1600 Masehi, dan diselenggarakan secara terus-menerus hingga saat ini.

Mepe Kasur di Banyuwangi

Tradisi Iduladha lainnya yang juga tak kalah unik adalah Mepe Pasur atau dalam bahasa Indonesia disebut  “jemur kasur”. Tradisi ini berasal dari Suku Osing di Desa Kemiren, Banyuwangi, Jawa Timur.

Sebelum tradisi ini dimulai, biasanya akan ditampilkan tarian tradisional. Kasur kemudian dijemur dari pagi sampai sore hari, sambil dipukul dengan sapu lidi agar bersih.

Yang menarik dari tradisi mepe kasur adalah, masyarakat secara serentak menjemur kasur di halaman rumahnya menjelang Iduladha. Tradisi ini memiliki makna untuk menolak bala dari bencana ataupun penyakit. Biasanya, sejak matahari terbit, warga sudah berjibaku mengeluarkan kasur yang khas berwarna hitam dan merah itu.

Baca Juga: ‘Mencari Bahagia’

Mereka menggunakan kursi atau dipan sebagai alas untuk menjemur kasur.  Kemudian kasur dipukuli dengan penebah atau kayu rotan untuk mengeluarkan kotoran atau debu yang ada.

Maknanya, mereka yakin, menjemur kasur dari dalam rumah, dapat membersihkan diri dari segala penyakit.

Kemudian, menjelang sore, digelar kegiatan Barong Ider Bumi. Kesenian Barong diarak keliling kampung. Arak-arakan berakhir di pusat desa. Selama arak-arakan Barong, warga seluruhnya keluar rumah.

Mereka duduk rapi di depan rumah masing-masing sambil menyediakan tumpeng. Jenis tumpengnya menggunakan makanan khas pecel pitik. Bahannya ayam panggang diramu dengan sambal kelapa.

Ritual ditandai dengan doa yang dibacakan sesepuh kampung. Doa ini memohon perlindungan yang Maha Kuasa agar dijauhkan dari segala bahaya. Warga juga memasang obor di depan rumah sehingga  suasananya terasa religius.

Ngejot di Bali

Bali memang memikili banyak sekali tradisi unik yang berhubungan dengan kepercayaan Hindu. Namun ada juga tradisi unik bagi masyarakat muslim yang biasa diadakan setiap Iduladha, yang dinamakan Ngejot.

Tradisi ini dilakukan dengan membagi-bagikan makanan dan minuman kepada tetangga non-muslim. Hal  ini sebagai perwujudan sikap toleransi beragama. Salah satu daerah di Bali yang masih melestarikan tradisi ini adalah masyarakat muslim di Banjarangantiga, Desa Petang, Badung.

Pada perayaan Iduladha, biasanya umat Islam Banjar Angantiga memotong sejumlah kambing dan sapi kurban. Selain membagikan daging segar kepada fakir miskin, puluhan paket daging kurban dengan berat per paket sekitar 2 kilogram dibagikan kepada warga non-muslim di sekitar Banjar Angantiga sebagai wujud toleransi antarumat beragama.

Setelah paket daging segar selesai dipersiapkan, sore harinya warga muslim melaksanakan tradisi Ngejot dengan mendatangi satu per satu rumah warga non-muslim, khususnya semeton Hindu, untuk mengantarkan paket daging tersebut.

Umat Hindu yang menerima pemberian Ngejot pada hari Iduladha biasanya membalas pada hari besar umat hindu, seperti saat perayaan Galungan ataupun Kuningan. Meski berbeda keyakinan, umat muslim maupun non-muslim saling berbagi makanan saat merayakan hari besar keagamaan masing-masing.

(Gio, diolah dari berbagai sumber)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *