Sumber: Freepik

–Untuk Aura Diva Gitareja

Bila kau mengenal kabut, ialah butir air yang diapungkan hangat.

Kesukaannya menggigilkan pori-porimu. Hingga dulu, ratusan tahun lalu, aku mesti memintalkanmu benang, menjadikannya kain, untuk menjagaimu dari dinginnya.

Ia begitu indah. Meski warna putihnya mengepung pandanganmu dalam jarak yang amat dekat.

Bila kelak kau ada di antaranya, kau bagai terpenjara dalam keindahan semesta. Tersesat di ruang yang pekat, tak mengenal jarak, tak mengenal sekat.

Maka inilah saatnya kau merapal sajak kabut, mantra kelabu yang tersusun dari butiran sepi, di bumi yang kausebut sunyi.

(Asep Herna, Gambir, 27 Desember 2019)

By redaksi

Catatankaki merupakan situs online yang dengan renyah mengulas segala hal terkait kata, budaya, filsafat, komunikasi, dan isu-isu humaniora populer lainnya. Dengan mengusung tagline "Narasi Penuh Nutrisi", Catatankaki mengemas semuanya secara ringan tapi mendalam; lugas tapi bernas.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *