Mengikuti jejakmu seperti menyelusuri rindu. Kita sempat singgah di berbagai perhentian. Kau sibuk menghayati huruf-huruf. Dan aku sibuk menulis puisi tentang wajahmu.
Kita tak mengenal jeda waktu. Aku sudah ada saat kau ada. Berkeliaran dari musim ke musim. Lalu tersesat dalam garis lurus. Tanpa awal, tanpa ujung.
Dan terciptalah apa yang kau sebut sejarah. Entah tentang kehidupan atau kematian. Entah tentang tawa atau luka. Entah tentang doa atau dosa.
Kini kau sibuk menghayati huruf-hurufnya. Dan aku kekal, menuliskan wajahmu yang khusyu itu, dalam puisi-puisiku.
(Asep Herna)