26 July 2024

ASMR, bisa dengan mengeksplorasi bunyi. (Foto: Freepik)

ASMR adalah sebuah metode yang mampu merangsang titik rileks manusia. Saya sempat mengeksplorasinya dalam kegiatan campaign. Apa sih ASMR? Simak tuntas artikelnya.

Sekitar 2 tahun lalu saya terlibat merancang campaign launching salah satu snack baru bernama Ja**ta. Ada yang tahu inisial brand ini? Targetnya tak tanggung-tanggung. Merebut pasar sekaligus menumbangkan top brand pesaing langsungnya.

Sebagai creative director, saya mengusulkan konsep ASMR, dengan pendekatan subconscious communications. Subconscious communications adalah metode komunikasi yang menyasar pikiran bawah sadar audiens, bagian yang 88% menentukan perilaku manusia. Di dalam campaign ini, aspek yang kita mainkan adalah indra auditori. Tentu sinergi dengan sensori visualnya.

Apa yang terjadi? Saya lihat impact salesnya boom. Bahkan berefek buruk pada sister brand-nya, yang pasarnya ikut tersedot beralih ke brand baru ini.

Lucunya, top brand kompetitornya kemudian berhenti produksi. Alasannya harus keluar dari Indonesia. Atau, collapse-kah?

Cara Kerja ASMR

Yang ingin saya hilight di tulisan ini adalah ASMR-nya. Efek ASMR ini jelas merasuki subconscious. Sesuai namanya, ASMR adalah Autonomous Sensory Meridian Response. Lewat eksplorasi bunyi berulang dengan nada yang sama, diperkuat suasana, saraf-saraf tubuh manusia terstimulasi untuk rileks. Stimulasi kemudian menebar ke leher, kepala dan punggung. Lalu meriap ke seluruh tubuh. Dan ujungnya pikiran menjadi tenang. Itu sebabnya, ASMR ini memiliki efek healing.

Ini contoh ASMR simpel yang saya buat, suatu pagi, saat saya ngopi.

Bayangkan, dalam situasi rileks dan menyenangkan seperti ini, lalu nama brand masuk lengkap dengan visual demonstrasi lezat dan renyahnya si snack, apa yang akan terjadi? Brand itu bakal menerabas langsung ke otak bawah sadar audiens dengan critical factor beristirahat. Inilah yang disebut dengan real brand activation.

ASMR memang bisa dieksplorasi menjadi pendekatan subconscious yang powerful banget. Tentu pintu masuknya bisa dari berbagai alat sensory manusia. Bisa audio (pendengaran), visual (penglihatan), kinestetik (sentuhan atau gerakan), olfactory (penciuman) dan gustatory (pencerapan).

Baca juga: Ketika Holywings Melecehkan Holy Man

Bukan Satu-satunya

ASMR ini hanya salah satu dari pendekatan subconscious communications, yang bisa dimanfaatkan untuk kegiatan campaign. Ada banyak lagi metode lainnya. Di antaranya Hypnotic Copywriting yang saya kembangkan. Hypnotic copywriting adalah metode penulisan naskah yang menyasar subconscious manusia. Bila copywriting sifatnya persuasif (membujuk), maka hypnotic copywriting adalah sebuah program bawah sadar. Tentu, karena kekuatan ektrimnya, pemilik skill ini harus bijak dalam menggunakannya.

Metode subconscious communications menjadi bagian dari yang akan dipelajari di Sekolah Iklan, sebuah program yang dikembangkan oleh saya, Asep Herna, dan Budiman Hakim. Kami adalah 2 praktisi iklan yang ingin mengisi kekosongan, alias ketiadaan pelatihan iklan yang komprehensif dan dikelola langsung oleh praktisi di bidangnya. Sementara, kebutuhan akan skill ini sangat diperlukan, baik oleh praktisi kreatif iklan sendiri, digital marketer, pengelola brand, termasuk owner startup.

Silakan gabung di Sekolah Iklan ini. Manfaatnya bisa dirasakan. Dari mulai merancang strategi brand, teknik menginventarisir ide-ide gila, sampai ke skill copywriting dan storytelling, dipelajari lengkap di Sekolah Iklan ini.

Lihat saja info detailnya di sini. (Asep Herna, Praktisi Kreatif Iklan)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *