Jalan Potlot, Foto: S. Maduprojo

Mungkin ini nama salah satu gang paling terkenal di Indonesia, terutama untuk anak muda generasi 1990-2000-an, selain Gang Kelinci di Pasar Baru, Jakarta Pusat, ataupun Gang Dolly di Surabaya, Jawa Timur.

Gang Potlot—sekarang Jalan Potlot—namanya. Terletak di bilangan Kelurahan Duren Tiga, Kecamatan Pancoran, Jakarta Selatan, lokasi jalan ini tak jauh dari pertigaan lampu merah Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta Selatan. Jika Anda dari arah Pasar Minggu menuju Tugu Pancoran, jalan ini terletak sekitar 50 meter setelah lampu merah Taman Makam Pahlawan Kalibata. Lokasinya di sebelah kiri. Sebaliknya, jika Anda menuju Pasar Minggu dari Tugu Pancoran, lokasinya berada di sebelah kanan pertigaan lampu merah Taman Makam Kalibata. Tidak terlihat mencolok, memang.

Rahim Slank dan Musisi Muda Berbakat

Selama ini Gang Potlot dikenal publik karena keberadaan markas salah satu band legendaris Indonesia Slank. Di sanalah tempat berkumpul para anggota Slankers—julukan untuk pengagum dan penggemar kelompok musik tersebut—meski sejak masa pandemi jumlahnya mulai berkurang. Di era 1990-an hingga 2000-an, Gang Potlot dipenuhi anak-anak muda yang sebagian besar berpenampilan mirip idola mereka. Bukan hanya datang dari Jakarta dan sekitarnya, mereka berdatangan dari berbagai kota di Tanah Air. Bagi sebagian Slankers, belum afdal kalau belum menyambangi tempat nongkrong Bimbim, Kaka, Pay, Bongky, Indra Qadarsih—menyebut sebagian anggota formasi awal—dan rekan-rekannya itu. Tak aneh bila sebelum memasuki gang ini, Anda banyak menemui sejumlah toko yang menjual merchandise Slank.

Tak hanya sebagai rahim Slank, gang kecil ini adalah semacam tempat “inisiasi” bagi band-band baru dan musisi-musisi muda berbakat kala itu. Sebut saja Plastik, The Flowers, Oppie Andaresta, Andy Liani, Imanez, Anang Hermansyah, atau Ipang Lazuardi. Juga lokasi persinggahan band-band yang meniti karir hingga menjadi grup musik besar semacam Dewa 19, Padi, dan Gigi.

Baca Juga: TAK ADA KORAN LOKAL, KORAN BEKAS CINA PUN JADI

Dulunya Ada Pabrik Pensil

Namun banyak juga orang yang belum tahu kenapa gang itu bernama Potlot. Potlot adalah sebutan untuk pensil yang berasal dari bahasa Belanda potlood. Potlot atau pensil adalah instrumen yang panjang dan tipis (biasanya dari kayu) yang berisi sebatang grafit tipis atau bahan padat serupa untuk menulis atau menggambar. Istilah potlot mulai kalah populer setelah kata pensil banyak digunakan.

Nah, pada era 1950-an, di dalam gang yang dulu belum ada namanya inilah terdapat pabrik pensil generasi pertama di Indonesia bernama “Indoplano”. Pemerintah Indonesia saat itu memang sedang gencar menggerakkan program berdiri di bawah kaki sendiri alias berdikari. Mengingat pentingnya kebutuhan alat-alat tulis yang waktu itu banyak diimpor dari luar negeri, khususnya dari Belanda, Jerman, Jepang, dan Cekoslowakia, didirikanlah Indoplano untuk memenuhi alat-alat tulis, terutama pensil, untuk kebutuhan dalam negeri. Tidak banyak literatur yang menjelaskan kisah Indoplano hingga menjadi bangkrut. Sejumlah artikel menyebutkan bahwa ketika Indoplano bangkrut, lahannya lantas dikaveling dan mulailah ramai permukiman, salah satunya ayah Bimbim Slank yang membeli sebuah lahan di gang ini pada sekitar 1983. Letaknya hanya sekitar 100 meter dari jalan raya Pasar Minggu-Pancoran. Nama gang tempat lokasi Indoplano pun akhirnya terkenal hingga sekarang: Gang Potlot.

(S. Maduprojo, diolah dari berbagai sumber)



By redaksi

Catatankaki merupakan situs online yang dengan renyah mengulas segala hal terkait kata, budaya, filsafat, komunikasi, dan isu-isu humaniora populer lainnya. Dengan mengusung tagline "Narasi Penuh Nutrisi", Catatankaki mengemas semuanya secara ringan tapi mendalam; lugas tapi bernas.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *