Misalnya, “Kita mesti meneladani pemimpin yang selalu membela kepentingan rakyat.” Lo, apa yang salah dengan kalimat tersebut?
Coba kita tengok arti kata “meneladani” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Online.
– teladan » me.ne.la.dan.i v memberi teladan: guru hendaklah ~ murid-muridnya
Baca juga: Pemred, Bukan Pimred
Perhatikan contoh kalimat yang digunakan KBBI untuk kata “meneladani”. Guru hendaklah meneladani murid-muridnya. Artinya, Guru hendaklah memberi teladan (kepada) murid-muridnya. Nah, coba kita lihat lagi contoh kalimat yang disebut di awal tadi: “Kita mesti meneladani pemimpin yang selalu membela kepentingan rakyat.” Artinya, sesuai dengan KBBI, “Kita mesti memberi teladan kepada pemimpin yang selalu membela kepentingan rakyat.” Looo…kok, gitu…. Pemimpin yang kita beri teladan… Lalu, seperti apa yang tepat?
Kita lihat kata “meneladan” dalam KBBI.
– meneladan/me·ne·la·dan/ v mencontoh; meniru: anak akan selalu ~ kelakuan orang tuanya
Berarti? Yup, jadi semestinya kata yang tepat adalah “meneladan” untuk kalimat ini: “Kita mesti meneladan pemimpin yang selalu membela kepentingan rakyat.” Kita mesti “meniru, mencontoh…”
Makna Imbuhan Me-I
Dalam kaidah bahasa Indonesia, apitan/imbuhan (konfiks) “me-i” umumnya digunakan pada kata dasar untuk menyatakan makna kausatif, yakni makna yang menyebabkan sesuatu. Contoh penggunaan konfiks “me-i” adalah “Budi mengotori lantai”. Atau, makna lain konfiks “me-i” adalah memberi sesuatu. Seperti, “Para polisi seharusnya melindungi masyarakat”. Artinya, polisi memberi pelindungan kepada masyarakat.
(S. Maduprojo)