Pablo Picasso kecil bersama Lola, saudara perempuannya. (Foto: Anonim)Pablo Picasso kecil bersama Lola, saudara perempuannya. (Foto: Anonim)

Lima tokoh dunia dari sejumlah profesi ini sudah dikaruniai kejeniusan sejak mereka masih ingusan. Ada yang jago main musik sejak usia 3 tahun, baru bisa bicara langsung minta pensil, dan memecahkan bukti teori geometri di usia 12 tahun!

1. Wolfgang Amadeus Mozart (1756-1791)

Lahir di Austria, Mozart pertama kali belajar harpsichord—sejenis alat musik tuts yang suaranya dihasilkan dari senar yang dipetik—saat ia berusia 3 tahun. Ia menggubah karya musik pertamanya yang diterbitkan pada usia 5 tahun. Mozart dan saudara perempuannya, Maria Anna, yang juga jenius dalam urusan musik, bertualang ke sejumlah negara di Eropa untuk memamerkan bakat mereka di istana kerajaan dan konser-konser publik. Dari Bavaria hingga Paris, penonton terkagum-kagum oleh kemampuan bocah ajaib ini dalam berimprovisasi dan memainkan piano sambil ditutup matanya, atau dengan satu tangan disilangkan di atas tangan lainnya.

Selama singgah di London pada 1764, Mozart bahkan diuji dan diperiksa oleh seorang pengacara dan naturalis Inggris bernama Daines Barrington, yang terkesima oleh kemampuan anak berusia 8 tahun itu. Pada masa remaja, ia telah menulis beberapa konserto, sonata, opera, dan simfoni. Mozart akhirnya tumbuh menjadi salah satu komposer paling terkenal dan produktif di Eropa. Sebelum kematiannya yang mendadak pada usia 35 tahun, ia menulis lebih dari 600 karya musik.

2. Enrico Fermi (1901-1954)

Sebelum karyanya tentang radioaktivitas membuatnya memenangi Hadiah Nobel dan menjadi awal era nuklir, Enrico Fermi dikenal sebagai ahli matematika dan fisika. Warga asli Italia ini menunjukkan tanda-tanda memiliki ingatan fotografis sejak kecil. Pada usia 10 tahun, ia menghabiskan waktu luangnya untuk merenungkan bukti-bukti geometris dan merancang motor listrik.

Setelah saudaranya meninggal secara mendadak pada 1915, Enrico tenggelam mendalami buku-buku tentang trigonometri, fisika, dan mekanika teoretis. Ia kemudian mendaftar ke Universitas Pisa pada 1918. Esainya tentang pemecahan persamaan diferensial parsial dari batang yang bergetar memukau para akademisi di kampus. Fermi kemudian melakukan eksperimen inovatif dalam pengeboman neutron dan reaksi berantai nuklir sebelum menjadi salah satu fisikawan utama di Proyek Manhattan—program penelitian rahasia yang mengembangkan bom atom.

Baca Juga: Ada Apa di Balik “Sonnet 18”

3. Blaise Pascal (1623-1662)

Lahir pada 1623 di Prancis, Blaise Pascal menghabiskan masa mudanya dengan belajar privat di rumah oleh ayahnya. Ayahnya membuang buku-buku matematika dari rumah agar Pascal berfokus pada bahasa. Tapi, pada usia 12 tahun, Pascal diam-diam telah menemukan terminologinya sendiri.  Ia mampu menemukan hampir semua bukti geometri Euclid—dikenal sebagai Bapak Geometri, penulis The Elements, buku yang tentang konsep titik, garis, sudut, lingkaran, dan sebagainya. Kejeniusan Pascal dalam matematika terus berkembang. Pada usia 16 tahun, ia menghasilkan esai tentang irisan kerucut yang sangat canggih sehingga filsuf terkenal, Rene Descartes, yakin itu bukan karya Pascal. Pada usia 19 tahun, Pascal merancang dan membuat kalkulator mekanis yang dikenal sebagai “Pascaline”.

Pascal kemudian menerbitkan makalah dan melakukan eksperimen tentang segala hal, dari mekanika fluida dan gerak abadi hingga tekanan atmosfer dan filsafat agama. Sebelum meninggal pada usia 39 tahun, ia mengembangkan “Pascal’s Wager (Taruhan Pascal)” yang terkenal. Ia menggunakan teori probabilitas untuk mendukung kepercayaan kepada Tuhan. Intinya, menurut dia, jika keberadaan Tuhan tidak dapat dipercaya, seseorang harus bertaruh bahwa Tuhan itu ada karena kita tidak akan kehilangan apa pun jika kita hidup sesuai dengan perintah-Nya. Taruhan ini ada dalam karyanya, Pensees.

4. Pablo Ruiz Picasso (1881-1973)

Sebagai putra pelukis José Ruiz y Blasco, Pablo Picasso sudah memegang kuas sejak usia dini. Legenda seni masa depan ini kabarnya sudah bisa menggambar sebelum bisa bicara. Ibunya mengklaim, saat ia akhirnya bisa bicara, kata-kata pertama yang muncul adalah “meminta pensil”. Laki-laki kelahiran Malaga, Spanyol, ini membuat lukisan cat minyak pertamanya saat berusia 9 tahun. Keahliannya dengan cepat melampaui ayahnya. Pada usia 14 tahun, ia diterima di sekolah seni bergengsi di Barcelona.

Setahun kemudian, ia menyelesaikan First Communion, sebuah karya yang sangat matang yang dipamerkan di sebuah pameran publik. Lukisan itu merupakan salah satu yang pertama dari lebih dari 22 ribu karya seni yang dihasilkan Picasso dalam kariernya selama delapan dekade. Karya lukisan Picasso yang terkenal di antaranya adalah Dora Maar Au Chat (1941) dan Le Noces de Pierrette (1905). “Saat saya masih kecil, ibu saya berujar, ‘Jika kamu menjadi seorang prajurit, kamu akan menjadi seorang jenderal. Jika kamu menjadi seorang biarawan, kamu akan menjadi paus’,” katanya kemudian. “Sebaliknya, saya menjadi seorang pelukis dan berakhir sebagai Picasso.”

5. Jean Nicolas Arthur Rimbaud (1854-1891)

Arthur Rimbaud dijuluki “penyair pengembara” dan dianggap sebagai salah satu dari sedikit contoh keajaiban sastra dalam sejarah. Orang Prancis ini menerbitkan karya pertamanya pada 1870 di usia 15 tahun sebelum melarikan diri ke Paris dan mengukir namanya sebagai penulis dan “perusuh”. Rimbaud menghasilkan karya agungnya yang pertama, The Drunken Boat, ketika ia berusia 16 tahun. Ia melanjutkannya tiga tahun kemudian dengan A Season in Hell, sebuah puisi prosa berhalusinasi yang menjadi pemicu gerakan surealisme. Wajar bila Rimbaud disebut pelopor gerakan surealisme.

Rimbaud muda dikenal bergaya urakan, nyeleneh, ugal-ugalan, bahkan tidak senonoh bersama sesama penyair pria Prancis, Paul Verlaine. Tapi dia dipuji orang-orang seperti Victor Hugo, yang menjulukinya “Shakespeare muda”. Meski karya Rimbaud kemudian mempengaruhi Jack Kerouac, Bob Dylan, dan banyak tokoh lainnya, ia berhenti menulis sama sekali di usia 20 tahun. Ia kemudian menjelajahi Timur Tengah dan Afrika, bekerja sebagai pedagang dan penyelundup senjata sebelum meninggal karena kanker pada usia 37 tahun.

(S. Maduprojo; disarikan dari artikel di History.com dan berbagai sumber lainnya)

By redaksi

Catatankaki merupakan situs online yang dengan renyah mengulas segala hal terkait kata, budaya, filsafat, komunikasi, dan isu-isu humaniora populer lainnya. Dengan mengusung tagline "Narasi Penuh Nutrisi", Catatankaki mengemas semuanya secara ringan tapi mendalam; lugas tapi bernas.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *