Ada banyak hal di kepala kita, lebih dari yang kita ketahui. Dan kita lebih cerdas dari yang kita ketahui. (Ilustrasi: Asep Herna)Ada banyak hal di kepala kita, lebih dari yang kita ketahui. Dan kita lebih cerdas dari yang kita ketahui. (Ilustrasi: Asep Herna)

Sebuah malam di Madison, Wisconsin, 1921. Tepat pukul 1.00, seorang remaja usia 20-an tahun, tiba-tiba terbangun dari tidurnya. Tanpa banyak basa-basi, dengan pandangan datar, ia mengambil 2 lembar kertas, meletakkan karbon di antara lembaran kertas itu, lalu memasangnya di mesin tik.

Sekian detik kemudian, jari-jari tangannya menari. Irama tak tik tuk batangan huruf mesin tik, mematuki kertas itu. Sementara ketukan tuts tuts keyboard-nya bagaikan bunyi yang menjaga jumlah bit permenitnya tetap ritmik.

Syahdu. Monoton. Mistis. Seperti sebuah irama magis pada ritual persembahan yang khusus.

Begitu selesai, empat lembar kertas yang sudah berisikan huruf-huruf itu ia taruh di bawah mesin tik. Lalu ia hanyut kembali dalam lelap tidur yang sempat terjeda.

Paginya, tanpa ia membaca ulang hasil tulisannya, lembaran kertas itu ia masukkan ke dalam amplop. Sementara salinannya ia simpan rapi di meja. Lalu, di tengah perjalanannya ke kampus, si remaja ini berhenti di sebuah kotak surat yang selalu ia lewati. Sebelum ia masukkan amplop itu, ia pastikan alamat yang tertera, benar. “The Daily Cardinal, 821 University Avenue, 2142 Vilas Hall, Madison, Wisconsin.”

Sudah 3 kali hal ini ia lakukan dalam 1 pekan terakhir. Dan lihat, apa yang kemudian terjadi?

Artikel Misterius

Sebuah pagi, di akhir pekan berikutnya. Ia memborong koran “The Daily Cardinal”, lalu memeriksa setiap artikelnya. Keajaiban pun terjadi. Ada 3 artikel di tiga koran dengan hari yang berbeda, menyematkan namanya sebagai penulis.

Si remaja ini benar-benar tidak mengenali judul artikel tersebut, termasuk isi tulisannya. Satu-satunya yang ia kenal adalah namanya tertera sebagai penulis!

Ia lalu mengambil salinan tulisan di lembar kertas yang ia simpan rapi di meja. Ia cocokkan hasil ketikan yang tak pernah dibacanya itu, dengan tulisan di artikel “The Daily Cardinal”. Sama persis, bahkan nyaris tanpa suntingan dari editornya.

Somnambulisme

Nama remaja itu Milton Hyland Erickson. Saat itu ia adalah mahasiswa tingkat 2 di fakultas kedokteran. Kini, ia dikenang sebagai psikiater legendaris dan ahli conversational hypnosis ternama dunia.

Di momen tersebut, Milton muda sedang bereksperimen melakukan otohipnosis, dan memasuki fase somnambulisme, yaitu rileksasi terdalam yang unik dan memiliki banyak keajaiban. Di momen ini, subjek memiliki daya terima sangat tinggi terhadap sugesti. Ia bisa melakukan positive hallucination (memunculkan sesuatu yang tidak ada), negative hallucination (menghilangkan sesuatu yang ada), amnesia state (melupakan sesuatu), mata terbangun tapi tubuh dan pikiran tertidur, serta bermacam keajaiban lainnya.

Mata Terbuka, Tubuh Tertidur

Salah satu di antara keajaiban lain tersebut, seperti yang diungkap oleh Ernest Rossi dalam bukunya–hasil wawancara dengan Milton–adalah kasus otohipnosis di atas. Milton sudah men-set dirinya untuk bangun pukul 1.00 malam, dan ketika bangun, walau matanya terbuka, sesungguhnya tubuh dan pikirannya tertidur. Saat ia bangun di pagi harinya lagi, ia sendiri kaget melihat ada lembaran kertas di bawah mesin tik, sudah dipenuhi dengan tulisan panjangnya. Ia sama sekali tak ingat dengan apa yang terjadi semalam.

Ia berkesperimen untuk menulis di state otohipnotik ini, dalam rangka ia sedang memenuhi tugas membuat artikel dari redaktur “The Daily Cardinal”, tempatnya magang kerja sambil kuliah.

“Lalu, mengapa kau tak lebih dahulu membaca ulang artikelmu, sebelum kaukirim ke koran?” tanya Rossi.

“ Jika aku tidak mengenali kata-kataku sendiri yang tercetak di halaman koran, itu akan menyampaikan fakta, bahwa ada banyak hal di kepalaku (bawah sadar) ketimbang yang kuketahui (pikiran sadar). Kemudian aku mendapatkan bukti bahwa aku lebih cerdas dari yang kuketahui,” kata Milton.

Automatic Writing

Milton menyebut momen yang terjadi padanya itu dengan istilah “otohipnosis”, yaitu keadaan hipnosis yang terjadi secara naturalistik. Tanpa proses yang disistematikakan. Proses menulis artikel tersebut hanyalah salah satu keajaiban dari otohipnosis.

Kasus somnambulisme Millton di bawah cahaya malam Madison ini, menginspirasi saya untuk khusus mensistematikakannya dalam kegiatan menulis. Maka, hadirlah metode Automatic Writing.

Metode ini memungkinkan jari-jari tangan seseorang bergerak sendiri, dalam fase somnambulistik (hypnosis state). Prosesnya, realitas bawah sadar kita terpancarkan lewat saraf pembawa pesan (neurotransmitter) dan diwujudkan dalam bentuk gerak otot halus jari-jari kita (idemotor response). Hasilnya adalah coretan atau tulisan Automatic Writing.

*

Untuk Anda yang ingin belajar langsung Automatic Writing, silakan gabung di Pelatihan The Writers Zoom Batch 3, yang siap berlangsung 8 sesi, setiap Sabtu dan Minggu, mulai 3 Agustus besok. Instrukturnya, saya, Asep Herna, dan Om Budiman Hakim.

Segera daftar ke manajemen The Writers di WA: 0811-8774-466.

Seperti Milton Erickson, keajaiban tak terduga, mungkin siap jadi bagian Anda. (*)

(Asep Herna, Pengembang Automatic Writing)

By redaksi

Catatankaki merupakan situs online yang dengan renyah mengulas segala hal terkait kata, budaya, filsafat, komunikasi, dan isu-isu humaniora populer lainnya. Dengan mengusung tagline "Narasi Penuh Nutrisi", Catatankaki mengemas semuanya secara ringan tapi mendalam; lugas tapi bernas.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *