Ilustrasi: Freepik.com

Kata qalbu mulai populer dalam perbendaharaan bahasa Indonesia ketika Aa Gym mengenalkan Manajemen Qalbu sebagai metode pengajarannya dalam mengelola qalbu.

Kata qalbu—yang diusung Aa Gym—ini bermakna “hati”. Lalu mengapa Aa Gym tidak menggunakan kata “kalbu” yang diakui dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dengan makna “pangkal perasaan batin; hati yang suci (murni); hati”, tapi malah mempopulerkan qalbu yang dianggap tidak baku dalam KBBI?

Dari Jantung ke Hati

Dlihat dari sisi semantik, qalbu dan kalbu yang berasal dari bahasa Arab ini memiliki makna yang bertentangan sangat jauh. Qalbu yang ditulis menggunakan huruf qaf dalam teks bahasa Arab sebenarnya bermakna “jantung”, sedangkan kalbu yang memakai huruf kaf berarti “anjing”. Pemaknaan kata qalbu yang kemudian bergeser (dari “jantung”) ke “hati” sama seperti yang dialami kata heart (bahasa Inggris) yang kemudian diterjemahkan menjadi “hati”, meski arti sebenarnya adalah “jantung”. Padahal kata “hati” dalam bahasa Inggris itu menggunakan kata liver, yang biasanya digunakan untuk konteks kalimat yang sifatnya formal-teknis.

Namun, jika maknanya merujuk pada “sesuatu yang ada di dalam tubuh manusia yang dianggap sebagai tempat segala perasaan batin dan tempat menyimpan pengertian (perasaan dan sebagainya)” atau “apa yang terasa dalam batin” yang sifatnya abstrak, makna hati dari kata heart ataupun qalbu ini yang kemudian lebih banyak digunakan.

Kalbu dan Qolbu Tercampur

Kata qalbu akhirnya mengalami pengindonesiaan dengan kata “kalbu”. Perubahan ini memang menjadi hal yang umum untuk kata-kata bahasa Arab yang berawalan qaf yang terserap ke bahasa Indonesia menjadi kata-kata yang berawalan “k”, misalnya qiyamah menjadi kiamat, qarib (karib), qabr (kubur), dan Qalam (kalam).

Namun serapan bahasa Arab yang berawalan kaf pun menjadi kata-kata yang berawalan “k”, seperti kafaarat (kafarat), kursiyuun (kursi), dan kitab (kitab).

BACA JUGA: 10 Mantra Ajaib untuk Bangkitkan Kekuatan Magis

Tidak adanya pembedaan serapan kata dari bahasa Arab yang berawalan qaf dan kaf ini tampaknya membuat Aa Gym “terpaksa” mengeluarkan versi sendiri kata “kalbu” bahasa Indonesia dengan mengenalkan kata aslinya qalbu untuk Manajemen Qalbu-nya, bukan Manajemen Kalbu.

Upaya ini bisa saja untuk menghindari interpretasi publik (atau sekarang mungkin lebih dikenal dengan warga netizen) yang bisa mencampuradukkan kata kalbu dan qalbu. Namun, berkat Manajemen Qalbu, kita jadi paham ada dua kata homofon yang memang jelas berbeda jauh maknanya.

(Y. Martinus, diolah dari berbagai sumber)

By redaksi

Catatankaki merupakan situs online yang dengan renyah mengulas segala hal terkait kata, budaya, filsafat, komunikasi, dan isu-isu humaniora populer lainnya. Dengan mengusung tagline "Narasi Penuh Nutrisi", Catatankaki mengemas semuanya secara ringan tapi mendalam; lugas tapi bernas.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *