Ilustrasi: Freepik.com

Menurut Transparency International, dalam beberapa dekade terakhir, tingkat korupsi secara global cenderung stabil, atau tetap sama selama sepuluh tahun terakhir setelah periode penurunan korupsi dari tahun 2000-2010.

Untuk Indonesia, Indeks Persepsi Korupsi (IPK)—skor yang menggambarkan persepsi atau anggapan masyarakat suatu negara mengenai korupsi di negaranya yang terjadi pada jabatan publik dan politik—cenderung membaik dibanding pada 2004 yang berada di angka 20. IPK Indonesia sejak 2014 naik-turun di rentang 34-40 dalam skala 0-100. Semakin tinggi nilai persepsi korupsi sebuah negara, artinya semakin rendah pula korupsi yang terjadi di negara tersebut.

Bukan secara kebetulan jika pada 2004, di saat nilai IPK Indonesia ada di angka 20—menempati urutan kelima negara terkorup dari 146 negara yang disurvei—lembaga Transparency International pernah merilis sejumlah tokoh dunia yang terlilit masalah korupsi. Tak tanggung-tanggung, Indonesia menempati posisi pertama dalam rilis itu, dengan Mohamad Soeharto, Presiden ke-2 RI, sebagai tokoh utamanya.


Baca Juga: “Hukuman Makin Berat, Korupsi Makin Bejat”



Daftar tersebut didasarkan pada jumlah uang yang diduga digelapkan oleh berbagai individu saat memegang posisi kekuasaan di negara masing-masing. Daftar ini hanya mencakup mereka yang telah ditangkap atau disangka korupsi dan ada kemungkinan orang lain yang menggelapkan lebih banyak masih belum diketahui. Forbes, mengutip laporan Global Corruption Report Transparency International pada 2004 itu, menyebut para pemimpin dunia ini “The World’s All-Time Most Corrupt Leaders”. Berikut ini beberapa di antaranya.

1. Soeharto, Presiden ke-2 RI (1967-1998)
Dugaan dana yang digelapkan: US$ 15-35 miliar


Presiden kedua Indonesia dan menjabat selama 31 tahun ini dituduh menggelapkan US$ 571 juta dana pemerintah melalui berbagai yayasan amal pribadi. Tuntutan hukum lainnya di Indonesia telah meminta Soeharto membayar hingga US$ 1,5 miliar dana beasiswa yang diduga hilang selama masa jabatannya. Menyusul kemerosotan ekonomi pada 1997, banyak pihak mulai menyalahkan Soeharto dan huru-hara terjadi pada tahun itu. Setelah meningkatnya tekanan dan desersi oleh sekutu politiknya pada Mei 1998, Soeharto lalu mengundurkan diri dan tidak pernah diadili, hingga ajal menjemputnya pada 27 Januari 2008.

2. Ferdinand Marcos, Presiden Filipina (1965-1986)
Dugaan dana yang digelapkan: US$ 5-10 miliar

Marcos memulai karir politiknya pada akhir 1940-an setelah Perang Dunia II. Dia mencalonkan diri dalam pemilihan pada 1965 dan menang, sebagian karena klaim keberanian dan prestasinya selama masa perang. Selama masa jabatan keduanya pada 1969-1972, Marcos mengalami krisis utang akibat kebijakan pengeluaran publik yang tinggi untuk proyek-proyek infrastruktur. Marcos pun mengumumkan darurat militer, menempatkannya sebagai penanggung jawab tunggal negara. Periode ini berlangsung hingga 1986 ketika kekuasaannya sebagai pemimpin berakhir. Pada 1986, Marcos terpaksa mengadakan pemilihan dadakan karena ketidakpopulerannya yang meningkat serta adanya ancaman kudeta. Muncul revolusi dan Marcos melarikan diri ke Hawaii. Marcos membawa serta uang tunai sekitar US$ 717 juta, peti-peti berisi benda fisik berharga seperti emas, dan slip setoran berjumlah US$ 124 juta. Semua ini dikumpulkan secara ilegal selama dia berkuasa. Secara keseluruhan, Marcos diperkirakan telah mencuri US$ 5-10 miliar dari bank sentral Filipina. Dia meninggal pada Januari 1995 tanpa pernah diadili.

3. Viktor Yanukovych, Presiden/Perdana Menteri Ukraina (2002-2014)
Dugaan dana yang digelapkan: US$ 5 miliar

Selama menjabat, Yanukovych dikenal dekat dengan Rusia dan mewakili kepentingan bisnis besar di Ukraina. Setelah parlemen Ukraina memilih menandatangani dokumen perjanjian asosiasi dengan Uni Eropa, Yanukovych malah memutuskan menolak pemungutan suara pada menit-menit terakhir di bawah tekanan Rusia. Hal itu membuat marah mayoritas penduduk Ukraina, yang sebagian besar anti-Rusia. Muncullah peristiwa Euromaidan. Yanukovych melarikan diri ke Rusia dan memasuki pengasingan. Pada 22 Februari 2014, parlemen Ukraina memberikan suara mendukung pemakzulannya, yang mengarah pada penemuan aktivitas penggelapannya. Pada 24 Januari 2019, dia dijatuhi hukuman in absentia 13 tahun penjara karena tuduhan pengkhianatan tingkat tinggi oleh pengadilan Ukraina. Oleh penduduk Ukraina, Yanukovych dijuluki sebagai presiden terburuk negara yang sedang berperang dengan Rusia ini. Yanukovych diduga telah menggunakan US$ 220 juta dana negara untuk mendirikan perusahaan komunikasi swasta, mencuri US$ 1,5 miliar aset negara, termasuk properti, serta menggunakan dana publik untuk kesenangan pribadinya.

4. Mobutu Sese Seko, Presiden Zaire-Republik Demokratik Kongo (1965-1997)
Dugaan dana yang digelapkan: US$ 5 miliar

Setelah memperoleh kemerdekaan dari Belgia pada 1960, Zaire mengalami masa pergolakan politik yang di dalamnya Seko menjadi Kepala Staf Angkatan Darat. Dengan dukungan AS, Seko menggulingkan pemimpin sayap kiri terpilih Patrice Lumumba dan mendirikan pemerintahan otokratis sendiri. Dikenal karena gemar belanja barang mewah di Paris, Seko diyakini telah menggelapkan US$ 5 miliar langsung dari dompet negara. Ia menggunakan uang itu untuk membiayai gaya hidup mewahnya dan membeli hadiah untuk kroni-kroninya. Dia dikenal sebagai salah satu pemimpin dunia terkaya sepanjang masa. Seko akhirnya digulingkan oleh kudeta militer pada 1997. Dia meninggal beberapa bulan kemudian karena penyakit kanker prostat dan tidak pernah diadili.

5. Sani Abacha, Presiden Nigeria (1993-1998)
Dugaan dana yang digelapkan: US$ 2-5 miliar

Abacha memulai karirnya sebagai perwira militer dan menjadi pemimpin Nigeria setelah merebut kekuasaan pada 1993. Kekuasaannya terbilang singkat karena kematiannya pada 1998. Karena pertumbuhan ekonomi Nigeria yang belum pernah terjadi sebelumnya, jumlah uang yang mengalir melalui negara tersebut meningkat drastis. Ini memberikan kesempatan bagi Abacha untuk memperkaya diri dan kelompoknya. Dengan mengatur permintaan pendanaan pemerintah palsu, Abacha mencuri uang yang dikirim dari bank sentral Nigeria, menggelapkannya ke luar negeri, dan menyimpannya di rekening bank luar negeri. Perkiraan duit yang digelapkan bervariasi. Tapi, di Jersey saja—sebuah wilayah suaka pajak yang terletak di antara Inggris dan Prancis—ditemukan akun berisi US$ 267 juta atau setara dengan Rp 3,8 triliun yang terkait dengan Abacha.

Selain mereka, ada Slobodan Milosevic, Presiden Serbia/Yugoslavia (1989–2000); Jean-Claude Duvalier, Presiden Haiti (1971-1986); Alberto Fujimori, Presiden Peru (1990-2000); Pavlo Lazarenko, Presiden Ukraina (1996-1997), Arnoldo Aleman, Presiden Nicaragua (1997-2002), serta Joseph Estrada, Presiden Filipina (1998-2001) dalam urutan berikutnya. Milosevic diduga menggelapkan US$ 1 miliar, Duvalier US$ 800 juta, Fujimori US$ 600 juta, Lazarenko US$ 200 juta, Aleman US$ 100 juta, dan Estrada US$ 80 juta.

Sejumlah nama pemimpin/tokoh dunia juga terlibat dalam beberapa skandal korupsi yang menghebohkan dunia. Transparency juga pernah mengungkap daftar 25 skandal korupsi yang menghebohkan dunia. Di antaranya yang terkenal adalah kasus Fujimori, Panama Papers, Paradise Papers, FIFA, Siemens, dan 1MDB. Dalam kasus Panama Papers, Paradise Papers, hingga Pandora Papers, terungkap dokumen yang menyebutkan keterkaitan pejabat publik berpengaruh Indonesia dengan kepemilikan perusahaan di negara suaka pajak.  

(S. MADUPROJO, DIOLAH DARI BERBAGAI SUMBER; INFOPLEASE.COM, FORBES.COM, TRANPARENCY.ORG)

By redaksi

Catatankaki merupakan situs online yang dengan renyah mengulas segala hal terkait kata, budaya, filsafat, komunikasi, dan isu-isu humaniora populer lainnya. Dengan mengusung tagline "Narasi Penuh Nutrisi", Catatankaki mengemas semuanya secara ringan tapi mendalam; lugas tapi bernas.

2 thoughts on “Jejak Para Kleptokrat (Tulisan 2): “Mereka yang Memilih Jalan Gelap””
  1. Saya kok tidal menemukan cerita tentang Presiden lndonesia ke 6. Kasusnya sulit diungkap padahal Ada khasus Century, ada sarana pusat latihan atlit2 Hambalang, beberap proyek listrik mangkrak, belum lagi proyek peralatan pemilu yg membutuhkan Dana tidak Kecil. Dimana kesulitannya apakah harus men unggu setelah 2024?

    1. Terima kasih atas komennya, Pak. Semoga menambah wawasan untuk kami juga pembaca, sehingga bisa mencari literasinya tentang ini di berbagai sumber.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *