Auktor intelektualis. (Foto: Freepik)

Dalam bahasa Indonesia, istilah “aktor intelektual” biasa digunakan untuk merujuk pada “orang yang untuk pertama kali mengemukakan suatu pikiran atau rencana”, “dalang”, atau “otak” suatu peristiwa. Tapi tepatkah sebenarnya istilah ini?

Belum ada penelitian yang menyelisik kapan sebenarnya istilah ini untuk pertama kalinya muncul. Sejumlah sumber memperkirakan ungkapan ini mulai dipakai menjelang aksi besar-besaran mahasiswa pada Mei 1998, menjelang lengsernya Soeharto. Saat itu, baik media cetak maupun elektronik ramai-ramai memperkenalkan istilah aktor intelektual. Mungkin pencetusnya mengacu pada istilah “auctor intellectualis” yang terdengar seperti “actor intellectual”. Padahal penggunaan istilah “aktor intelektual” bukankah terasa janggal?

Aktor, dari kata actor dalam bahasa Inggris, lebih-kurang berarti “pemain, pelaku”, ditambah kata “intelektual” berarti “pemain yang cerdas/ berakal”. Nah, padahal maksudnya ingin membicarakan “orang yang menggerakkan, sang pencetus ide”. Salah kaprah, bukan?

Dalam bahasa Latin, ada kata auctor, berasal dari kata kerja augere, yang mempunyai banyak arti, antara lain “meningkatkan, memperbesar, menumbuhkan”. Menurut Kamus Bahasa Latin, kata auctor juga mempunyai banyak arti dan, antara lain, dipakai sebagai istilah hukum yang spesifik. Beberapa arti lain dari kata auctor adalah “orang yang menumbuhkan, orang yang meletakkan dasar, perintis, pencipta, ataupun pengarang”. Auctor merupakan asal-usul untuk kata bahasa Inggris author yang kita kenal dalam arti “pengarang” atau “penulis”.

Nah, istilah auctor intellectualis tadi mengacu pada “orang yang untuk pertama kali mengemukakan suatu pikiran atau rencana”, “dalang”, atau “otak” di balik suatu peristiwa. Jadi, kalimat yang tepat untuk konteks ini, misalnya, “Pemerintah yakin ada aktor intelektual di balik demo mahasiswa itu” adalah “Pemerintah yakin ada auktor intelektualis (auctor intellectualis) di balik demo mahasiswa itu”. (S. Mudoprojo)

By redaksi

Catatankaki merupakan situs online yang dengan renyah mengulas segala hal terkait kata, budaya, filsafat, komunikasi, dan isu-isu humaniora populer lainnya. Dengan mengusung tagline "Narasi Penuh Nutrisi", Catatankaki mengemas semuanya secara ringan tapi mendalam; lugas tapi bernas.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *